Ahad 13 Apr 2014 14:00 WIB

Ukraina Siapkan Pasukan, Rusia Mengancam

Rep: Dessy Saputri/ Red: Muhammad Hafil
Ukraina
Foto: economist.com
Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Konflik antara Rusia dan Ukraina semakin meninggi menyusul didudukinya sejumlah kota di Ukraina timur oleh para separatis yang mendukung Rusia. Pemerintahan Ukraina pun mengambil tindakan atas aksi ini dengan mempersiapkan para militernya. 

Dilansir dari Reuters, pemerintahan baru Kiev menyebut aksi yang terjadi di Ukraina timur sebagai bentuk agresi oleh Rusia. "Serangan yang terjadi di Ukraina timur merupakan bentuk agresi eksternal dari Rusia," kata Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov. "Unit kementerian pertahanan dan dalam negeri melakukan rencana operasi pembalasan," lanjutnya. 

Langkah yang diambil oleh Ukraina ini pun mendapat ancaman balik dari Rusia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengancam bahwa penggunaan kekuatan militer terhadap warga etnis Rusia dapat merusak kerjasama pembicaraan yang akan dilakukan oleh empat negara, yakni Rusia, Ukraina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Selain itu, Lavrov juga menyebut Ukraina tengah menunjukan ketidakmampuannya bertanggung jawab atas nasib negaranya. 

Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Laura Lucas Magnuson, menyatakan keprihatinannya atas krisis Ukraina ini. "Kami sangat prihatin atas apa yang terjadi di Ukraina timur yang dilakukan oleh para separatis yang sepertinya mendapat dukungan dari Rusia. Mereka melakukan kekerasan, sabotase, dan membuat negara Ukraina goyah," katanya. 

Menurutnya, aksi para separatis di Ukraina timur ini mirip dengan insiden yang terjadi di Crimea sebelum dicaplok oleh Rusia. AS pun mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin menghentikan upayanya mengintervensi krisis di Ukraina. 

Dalam sebuah perbicangan melalui telepon dengan Lavrov, Menteri Luar Negeri John Kerry, menegaskan apabila Rusia tidak mengambil langkah untuk mengurangi tindakannya di Ukraina timur dan menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina, Rusia akan mendapatkan sanksi tambahan. Amerika Serikat dan Uni Eropa sendiri sebelumnya telah menjatuhkan sanksi terhadap para pejabat Rusia serta para pengusaha atas tindakannya mencaplok Crimea. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement