REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Gerakan Hizbullah terus bergerilya dalam perang sipil melawan oposisi di Suriah. Bahkan, kata pejabat Hizbullah kelompok yang terus membantu pasukan pemerintah Suriah itu, tengah mengembangkan taktik-taktik baru dalam perang sipil yang berkobar dekat dengan perbatasan Lebanon tersebut.
Dikutip dari AP, Sabtu (12/4), sejumlah taktik baru yang dikembangkan kelompok Hizbullah itu termasuk di antaranya operasi komando yang rumit. Hal itu ditujukan, untuk memburu pemberontak dan komandan oposisi Suriah.
Pemimpin gerakan Hizbullah menyusup wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah dekat dengan perbatasan Lebanon. Hizbullah memang terus menggempur pasukan pemberontak di wilayah perbatasan itu. Salah satunya yakni, dengan cara meledakkan bom di dalam rumah yang didiami pasukan pemberontak.
Kepada AP pun, pejabat di Lebanon mengatakan, operasi akhir bulan lalu di wilayah Qalamoun, Suriah Barat, dilakukan oleh para pejuang dari kelompok militan Hizbullah Lebanon. Mereka menurunkan bantuan, sebab kelompok Syiah telah mengirimkan ratusan pejuangnya ke Suriah untuk mengalahkan pasukan keamanan Presiden Bashar al-Assad yang semakin melemah.
Adapun kelompok Hizbullah menjelaskan, tujuan dari strategi mereka yang baru itu, mencakup serangkaian aksi serangan dan pengintaian terhadap lawan. Hizbullah dengan tegas menerangkan, gerakannya bertujuan untuk membantu Presiden Assad dalam hal pemegang kekuasaan dan membatasi jumlah korban Hizbullah yang tumbang. Bantuan kekuatan juga diberikan kepada pemerintah Suriah, agar serangan yang mungkin saja pecah dalam tubuh Lebanon sendiri, dapat terhalau.
''Hizbullah juga menyadari baik kapasitas pasukannya yang relatif terbatas,'' kata analis dari Brookings Doha Center, Charles Lister. ''Jadi, mengeksploitasi kemampuan untuk menimbulkan kerusakan kepada musuh tanpa pengeluaran sumber daya yang signifikan, merupakan pengembangan strategis yang alami,'' terang Lister.
Tentara Hizbullah memang memiliki sejarah panjang akan serangan gerilyanya. Pada tahun 2000, gerakan ini pernah berjuang melawan kekuatan Israel yang menduduki wilayah Lebanon selatan. Dalam peristiwa itu, Hizbullah mengerahkan kekuatan penuhnya untuk memerangi tentara Israel.
Di Suriah, ungkap pejabat Lebanon, titik balik Hizbullah dalam pengembangan strateginya muncul, setelah kelompok ini turut membantu mengamankan perbatasan kota Qusair, Juni lalu. Usai pertempuran tersebut, jelasnya, pasukan pemberontak menyergap dan membunuh empat pejuang elit Hizbullah, saat pasukan Suriah menyampaikan kepada mereka bahwa daerah itu aman.
Kini, gerakan Hizbullah terlebih dulu mengirimkan pasukan-pasukan kecilnya untuk memantau sejumlah wilayah sebelum mereka memasukinya. Pejabat Lebanon yang enggan menyebutkan identitasnya itu pun mengungkapkan, Hizbullah juga terkoneksi melalui jaringan yang aman dengan titik-titik perbatasan di Suriah. Tak hanya itu, pasukan Hizbullah telah menggunakan telekomunikasi yang terprogram untuk kembali terhubung dengan rumah selama bertahun-tahun. Dikabarkan, para pejuang Hizbullah pun menghindari penggunaan ponsel ataupun peralatan lainnya yang mudah termonitor.
Terkait gencaran serangan yang terjadi di villa di Qalamoun, media pemerintah Suriah menyebutkan, tentara mereka lah yang melakukannya. Tetapi, surat kabar harian Lebanon, Al-Akhbar yang bersimpati kepada Assad, mengungkapkan bahwa yang melakukan penyerangan ialah kedua belah pihak, tentara pemerintah Suriah dan pasukan Hizbullah.
Pembuktian pelaku serangan di Qalamoun itu turut diperkuat dengan analisis sejumlah ahli dan pengamat. Mereka mengatakan, serangan itu konsisten dengan operasi yang dilakukan kelompok Hizbullah di masa silam. ''Tersembunyi dan operasi kelompok Hizbullah yang menargetkan jauh hingga ke wilayah terdalam milik musuh, bukanlah hal yang mengejutkan,'' ungkap Lister.
Ia menambahkan, sesungguhnya serangan di Qalamoun itu merupakan peluang baik bagi Hizbullah untuk memperluas kapasitas operasional mereka. Saat itu, kata dia, Hizbullah berkesempatan untuk melakukan serangan yang mampu melumpuhkan infrastruktur musuh dan kepemimpinan senior.
Atas penyerangan Hizbullah dan pasukan Suriah di Qalamoun itu, aktivis oposisi di Qalamoun yang menggunakan nama Amer al-Qalamouni kepada AP mengatakan, bahwa tiga orang dari pasukannya tewas, saat tengah menyiapkan bom. ''Jika memang bom pada nyatanya diledakkan oleh tentara atau Hizbullah, kami akan menyatakan itu. Namun ternyata tidak,'' kata al-Qalamouni melalui telepon dari Suriah. Ia mengatakan, bahwa Hizbullah memang ingin mengambil peran besar dalam terbunuhnya beberapa pasukan pemberontak itu. n Alicia Saqina.