REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kelompok oposisi Suriah mendesak Amerika Serikat untuk melakukan "respon yang tepat" atas dugaan "genosida" oleh pasukan yang loyal terhadap Presiden Bashar al-Assad di Aleppo--kota terbesar kedua di negara tersebut.
Dalam surat yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, kepada Koalisi Nasional Suriah Ahmad Jarba juga membantah tuduhan yang menyatakan bahwa gerilyawan telah menyerang komunitas Kristen dan menodai sejumlah tempat suci di provinsi Latakia dekat garis pantai Mediterania.
"Pada pekan-pekan lalu, rezim Bashar telah melakukan operasi pengeboman besar-besaran di Aleppo... menyebabkan warga sipil terbunuh atau menjadi cacat... menghancurkan seluruh pemukiman dan memicu pengungsian besar-besaran baru," kata Jarba dalam surat tersebut.
"Kami masih menunggu respon yang tepat dan proporsional terhadap kejahatan kemanusiaan yang besar ini. Kami juga mendesak pemimpin masyarakat internasional, terutama Amerika Serikat dan sekutunya, untuk mengambil sikap terhadap genosida yang dialami warga Suriah," kata dia.
Sebagian wilayah Aleppo, yang dulunya merupakan pusat bisnis Suriah, saat ini dikuasai oleh gerilyawan dalam konflik yang menewaskan 150.000 orang selama tiga tahun terakhir.
Serangan terhadap kota itu semakin intensif pada Desember tahun lalu saat pihak militer pemerintah membombardir sejumlah wilayah sipil. Tindakan tersebut memicu kecaman dunia internasional namun tanpa tindakan nyata.
Pada bulan lalu, gerilyawan garis keras dari al Nusra Front melancarkan serangan di Latakia dan merebut pintu perbatasan Turki-Suriah. Kelompok tersebut juga berhasil menguasai sebuah desa yang mayoritas penduduknya menganut Kristen Armenia.
Menurut sejumlah diplomat, Dewan Keamanan PBB belum dapat menuntut Suriah di Pengadilan Pidana Internasional karena Rusia--yang merupakan anggota tetap dengan hak veto--menentang rencana tersebut.
Rusia, dengan dukungan Cina--telah melindungi Suriah dari sanksi Dewan Keamanan selama perang saudara.