REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kelopok garis keras menutup semua pintu satu bendungan Sungai Ephrat yang mereka kuasai di Irak. Hal tersebut membuat sumber pasokan air menjadi terhambat. Demikian kata seorang menteri pada Senin.
Sementara, aksi kekerasan menewaskan 15 orang. Aksi kekerasan terbaru itu terjadi saat pertumpahan darah berlaru-larut meningkat di negara itu yang menewaskan lebih dari 2.550 orang tahun ini dan menimbulkan kekhawatiran Irak bisa terjerumus pada pembunuhan sektarian besar-besaran seperti terjadi tahun 2006 dan 2007.
Aksi kekerasan itu disebabkan kemarahan yang luas kelompok minoritas Arab Sunni yang menuduh pemerintah yang dipimpin kelompok Syiah dan pasukan keamanan menganiaya mereka.
''Para anggota kelompok gerilyawan itu menutup semua pintu bendungan Fallujah sejak kemarin pagi (Ahad)," kata Menteri Sumber-Sumber Air, Muhamad al-Saadi, dalam satu pernyataan.
Tindakan itu menghambat satu sumber penting air untuk Irak tengah dan selatan.
Para anggota kelompok itu, yang merebut bendungan itu beberapa pekan lalu, sebelumnya menghentikan aliran air melalui bendungan itu dekat kota Fallujah dekat barat Baghdad. Tetapi, mereka membuka kembali ketika air meluap dan menyebabkan daerah itu banjir.