Selasa 15 Apr 2014 20:41 WIB

Rusia Sebut Tindakan Keras di Ukraina Suram

Rep: Alicia Saqina./ Red: Joko Sadewo
Russia's Prime Minister Dmitry Medvedev chairs a government meeting in the Crimean city of Simferopol, March 31, 2014.
Foto: Reuters/Ria Novosti/Alexander Astafyev/Pool
Russia's Prime Minister Dmitry Medvedev chairs a government meeting in the Crimean city of Simferopol, March 31, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev memberikan penilaian suram terhadap situasi terkini yang terjadi di Ukraina. Apalagi setelah sebelumnya pada Ahad (13/4), dikabarkan dua orang tewas saat pemerintah Kiev gagal mencoba mengambil kontrol di Slaviansk.

 

''Sekali lagi, darah telah tumpah di Ukraina. Negara ini di ambang perang saudara,'' katanya dalam pernyataan di akun Facebooknya.

 

Terkait pendudukan setidaknya 10 kota yang dikuasai pasukan separatis Rusia dan kondisi yang kian panas di wilayah timur Ukraina itu, Presiden Oleksander Turchinov pun menginstruksikan operasi antiteroris mulai Senin (14/4). Pemerintahan Kiev memutuskan mengambil langkah operasi tersebut, karena adanya serangan yang terus berlangsung di beberapa kota.

 

Turchinov mengumumkan pelaksanaan operasi antiteroris itu untuk pertama kalinya pada Ahad malam. ''Operasi antiteroris dimulai pada malam, di utara wilayah Donetsk. Namun itu akan berlangsung secara bertahap dan bertanggung jawab. Sekali lagi saya menekankan, tujuan operasi ini adalah untuk membela warga Ukraina,'' kata dia kepada parlemen.

 

Meski demikian, namun pada Selasa (15/4) pagi, koresponden Reuters di Slaviansk menyebut, telah mendengar suara tembakan atau ledakan di kota yang terletak sekitar 150 kilometer dari perbatasan Rusia itu. Tak hanya suara-suara keras yang masih terdengar di Slaviansk, pada saat Kiev menyatakan menggelar operasi antiteroris itu pun, pasukan pendukung Rusia ternyata tetap berada di wilayah timur. Mereka mengabaikan tenggat waktu yang diberikan Kiev untuk meninggalkan Ukraina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement