Rabu 16 Apr 2014 10:14 WIB

Perang Dingin Memanas, Ukraina Terancam Terbelah

Peta Ukraina
Foto: VOA
Peta Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev pada Selasa mengatakan Ukraina saat ini berada di ambang perang saudara saat pihak berwenang Kiev melancarkan operasi militer terhadap para gerilyawan pro-Kremlin di wilayah separatis di timur.

"Singkat saja: Ukraina kini berada di ambang perang saudara, ini hal yang mengerikan," kata sosok, yang juga merupakan mantan presiden Rusia, itu seperti dikutip kantor-kantor berita Rusia.

Medvedev menyatakan harapan bahwa "pihak-pihak berwenang" akan memiliki akal sehat dan tidak membiarkan kekacauan parah terjadi. Rusia tidak mengakui keabsahan pemerintahan Kiev pro-Barat, yang maju berkuasa setelah berlangsungnya pemberontakan besar-besaran hingga menggulingkan presiden Ukraina yang didukung Moskow, Viktor Yanukovych.

Medvedev, yang memimpin Rusia antara tahun 2008 hingga 2012 dan turun dari jabatan hingga membuka jalan bagi Vladimir Putin kembali ke Kremlin untuk periode ketiga kalinya, juga mempermasalahkan permintaan Ukraina untuk membawa pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa guna membantu menurunkan ketegangan.

"Menurut aturannya, keberadaan pasukan pemelihara perdamaian (PBB) sayangnya tidak menyelesaikan masalah apapun, hanya membekukan masalah," katanya seperti dikutip setelah dirinya melakukan pembicaraan dengan mitra-mitranya dari Belarusia dan Kazakhstan.

Ia juga menekankan desakannya kepada Amerika Serikat dan Uni Eropa agar mereka menindaklanjuti janji-janji bantuan menuju tindakan nyata. "Semua pihak yang mengatakan bahwa Ukraina perlu dibantu harus melakukan sesuatu untuk Ukraina," kata Medvedev.

"Maksud saya, mitra-mitra kami di Eropa serta di seberang samudera. Beri mereka (Ukraina) setidaknya satu dolar. Janji-janji yang tidak berkesudahan: kami akan memberikan satu miliar, kami akan mengirimkan lima miliar. Biarkan mereka memberi sesuatu (bagi Ukraina)."

Secara kontras, Rusia telah memberikan subsidi dalam hal pasokan gas ke Ukraina, yang diperkirakan Medvedev telah membantu Ukraina menghemat sekira 100 miliar dolar sejak Kiev mendapatkan kemerdekaan dari Uni Soviet tahun 1991.

Mitranya dari Belarus, Mikhail Myasnikovich, mengatakan Ukraina akan bisa menyelesaikan sendiri masalahnya.

"Kami meyakini bahwa mereka (Ukraina) akan menanganinya secara independen dan menyelesaikan tugas-tugas berat yang saat ini dihadapi negara itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement