REPUBLIKA.CO.ID. QUEENSLAND -- Bisa atau racun mematikan dari ular asli Australia kini digunakan dalam produk inovatif baru untuk mempercepat hasil tes darah bagi pasien yang mengalami kegawatan medis.
Ular inland taipan dan eastern brown asli Australia sejak lama dikenal sebagai ular dengan bisa paling mematikan di dunia. Karena bisa atau venom reptil ini dapat menyebabkan darah korban mengental.
Para peneliti di Universitas Queensland telah merintis cara menggunakan bisa ular ini untuk mempercepat proses tes darah pasien yang telah diberi anti-koagulan.
Dr Goce Dimenski mengatakan tabung yang telah diresapi dengan bisa ular ternyata dapat memproduksi hasil yang lebih cepat dan lebih akurat.
“Dari perspektif klinis, hasil tes darah akan terbaca dalam waktu yang lebih singkat," katanya, belum lama ini.
"Temuan ini berpotensi mengurangi waktu tinggal pasien di rumah sakit, meningkatkan hasil bacaan tes dan pada akhirnya dapat memperbesar peluang menyelamatkan nyawa pasien."
Menteri Ilmu Pengetahuan dan Inovasi Queensland, Ian Walker mengatakan penemuan ini merupakan kabar baik bagi pasien.
"Ini akan membuat waktu uji tes darah menjadi 40 menit sampai 10 menit lebih singkat," katanya.
Dalam beberapa kasus itu merupakan menit-menit tambahan yang dapat membuat perbedaan.
Selama ini tes darah hanya menggunakan anti-koagulan yang dapat merusak tes darah.
Jika tidak akurat, pasien dapat diberikan dosis obat yang salah, dan menyebabkan kesulitan selain itu pasien juga terbebani biaya tambahan karena harus melakukan tes ulang.
Dr. Dimeski mengatakan masalah ini tidak muncul dalam koleksi tabung mereka yang sudah diberi bisa kedua ular.
Dia mengatakan pembekuan darah yang terjadi dengan cepat, dapat menghasilkan sampel serum yang berkualitas dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk tes patologi.
Saat ini negosiasi sedang berlangsung dengan sejumlah mitra komersil potensial, yang diperkirakan akan membutuhkan miliaran tabung yang telah diberi bisa ular mematikan tersebut.
Pemerintah Queensland mendukung proyek ini melalui Pendanaan Riset Medis Komersial.
Sementara para peneliti mengatakan tidak ada kekurangan pasokan bisa racun dari kedua ular asli Australia tersebut .