REPUBLIKA.CO.ID, MOKPO-- Pencarian korban dan penyelidikan terkait tenggelamnya feri Sewol di lepas pantai Korea Selatan, terus dilakukan. Penyidik memfokuskan penyelidikan pada kemungkinan kelalaian yang dilakukan kapten kapal, hingga menimbulkan banyaknya korban jiwa.
Petugas penyelamat terus melakukan pencarian, mereka khawatir korban tewas masih akan terus bertambah. Sementara itu baru-baru ini muncul pernyataan mengenai tindakan kapten yang dianggap lamban memerintahkan evakuasi.
Para pejabat penjaga pantai mengatakan, penyelidikan kini difokuskan pada kemungkinan kelalaian kru. Selain itu mereka juga melakukan penyelidikan terhadap muatan kargo pergudangan dan cacat pada struktur kapal. Meskipun kapal tampaknya telah melalui semua pemeriksaan keamanan dan asuransi.
Dalam wawancara dengan The Associated Press, transkrip pembicaraan menunjukkan kapten kapal menunda evakuasi selama setengah jam. Ia baru memerintahkan evakuasi, setelah seorang pejabat transportasi Korsel mengatakan penumpang dan awak harus dievakuasi.
Kapten tak berbicara secara terbuka tentang keputusan yang dibuatnya. Kapten kapal Lee Joon-seok kini menghadapi investigasi kriminal terkait tenggelamnya kapal. Ini merupakan prosedur standar di Korea Selatan. Baik Lee maupun perusahaan pemilik kapal telah meminta maaf atas hilangnya nyawa.
Penyidik mengatakan, Lee kemungkinan tengah beristirahat saat kecelakaan terjadi. Sementara kapal tengah dikemudikan oleh pihak ketiga. Namun Kru mengatakan, hal itu merupakan praktik standar.
Kerabat yang berkabung berkumpul di sebuah rumah sakit di kota Mokpo, dekat pelabuhan Jindo. Beberapa dari mereka terus memaki keputusan kapten kapal, sementara lainnya menangis dan berdoa untuk keselamatan kerabat mereka.
"Bagaimana bisa dia (kapten) memberitahu anak-anak untuk tetap di kapal sementara ia sendiri melompat dari kapal yang tenggelam?" ujar Ham Young-ho, kakek dari salah satu korban tewas Lee Da-woon.