Sabtu 19 Apr 2014 10:00 WIB

Kesepakatan Dilanggar, Warga Sipil di Suriah Terancam

Rep: Alicia Saqina/ Red: Bilal Ramadhan
 Pemandangan kota yang hancur, penuh dengan puing-puing yang berserakan akibat perang saudara di kota Homs, Suriah, Ahad (9/3).  (Reuters/Thaer Al Khalidiya)
Pemandangan kota yang hancur, penuh dengan puing-puing yang berserakan akibat perang saudara di kota Homs, Suriah, Ahad (9/3). (Reuters/Thaer Al Khalidiya)

REPUBLIKA.CO.ID, HOMS-- Utusan PBB untuk Suriah, Lakhdar Brahimi mengungkapkan, keutuhan kesepakatan yang dibuat untuk memberikan jalan bagi warga Homs agar segera meninggalkan lingkungan tinggal mereka, telah dirusak. Warga Homs, kini mau tak mau masih harus terkepung dalam penderitaan.

 

Dikutip dari Aljazirah, Jumat (18/4), para aktivis mengungkapkan, serangan bom barel masih menghujani Homs pada Kamis (17/4). Bom-bom tersebut sengaja ditargetkan pasukan pemerintah untuk menyerang wilayah oposisi.

 

Akibatnya, warga Homs harus menelan pil pahit yang berkepanjangan. Mereka benar-benar menderita. Mereka harus berjuang penuh saat berpindah mencari perlindungan ke lokasi yang aman. Menanggapi hal tersebut, Brahimi pun melayangkan komentarnya. Ia mengatakan, agar sesegeranya diadakan pembicaraan kembali guna membahas pencabutan status Kota Homs yang terkepung.

 

''Kami mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan dan menyelesaikan kesepakatan yang sudah ditandatangani itu,'' kata Brahimi.

 

Ia pun menambahkan, sejauh ini diskusi terkait hal tersebut berjalan cukup baik antara pemerintah Suriah dan komite negosiasi. Namun masih terdapat suatu kendala, di mana komite yang mewakili warga sipil dan kelompok pejuang itu masih terjebak di Homs.

 

Terkait kondisi masih terkepungnya warga Homs itu, Dewan Keamanan PBB pun menyampaikan keprihatinan yang mendalam. Dewan Keamanan PBB mengatakan, warga Homs sudah cukup menderita dan terperangkap dalam situasi pertempuran yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun itu.

 

Hal ini hingga mengundang pernyataan dewan keamanan yang menginstruksikan untuk lebih meningkatkan lagi akses kemanusiaan bagi warga Homs. Duta Besar Nigeria untuk PBB pun, Joy Ogwu mendesak, agar dilaksanakan resolusi demi mewujudkan hal itu.

 

Joy juga menjelaskan, bahwa seluruh anggota dewan keamanan berdiri mendukung upaya Brahimi. Dewan Keamanan PBB pun satu suara untuk segera mengakhiri pengepungan penduduk di Homs. Dukungan akses kemanusiaan dan keamanan bagi warga Homs juga datang dari Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Samantha Power.

Dalam pernyataannya, Samantha meminta semua negara anggota PBB untuk kembali ke meja perundingan. Ia menyerukan, agar dari perundingan tersebut dapat menghasilkan penurunan atas tekanan pertempuran yang terjadi di negeri beribukota Damaskus itu.

''Sebab sangat penting bagi orang-orang yang ingin segera meninggalkan Homs, mampu melakukannya dengan cepat dan aman,'' ujar dia.

 

Situasi di Homs yang kian parah itu juga diserukan oleh para aktivis. Mereka bahkan mengatakan, aksi pemboman tak manusiawi yang berlangsung berbulan-bulan itu, sebagai tindakan yang sangat buruk. Keterpurukan yang dialami Suriah dan Kota Homs itu juga diungkapkan oleh Duta Besar Suriah Bachar Jaafari.

Ia mengatakan, tak hanya penduduk yang menjadi korban pertempuran pemerintah, sejumlah warga sipil pun turut menderita. Kepada wartawan, Jaafari menerangkan, setidaknya sebanyak 170 warga sipil terjebak di Homs bersama dengan ribuan kelompok teroris dan pemberontak. Ia menuturkan, para warga sipil pun tak bisa berpindah.

 

Keterbatasan dan penderitaan yang dialami penduduk Homs pun bukan hanya tak bisa mendapatkan perlindungan. Kini, warga Homs pun harus mampu bertahan hidup dengan ketersediaan makanan dan obat-obatan yang kian menipis. Kekalahan dan situasi buruk yang terjadi di Homs ini menjadi tamparan besar bagi pihak oposisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement