Ahad 20 Apr 2014 16:32 WIB

Krisis Ukraina, Negosiasi dengan Separatis Dimulai

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Fernan Rahadi
Ukraina
Foto: Sergei Grits/AP
Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Krisis Ukraina yang berlangsung selama berbulan-bulan ini belum menunjukan akan berakhir. Mediator dari badan keamanan OSCE Ukraina pun akan memulai melakukan negosiasi penyerahan diri para separatis pendukung Rusia di Ukraina timur.

Mark Etherington, diplomat Inggris yang juga merupakan wakil ketua misi khusus OSCE di Ukraina, mengatakan pembicaraan akan dimulai di kota Donetsk pada Ahad (20/4). Sementara itu, utusan Swiss Christian Schoenenberger yang negaranya menjadi ketua OSCE mengatakan para pengawasnya telah berbicara kepada pihak separatis.

"Itu tugas pengawas, untuk menciptakan keinginan politik, memberitahukan kepada rakyat sehingga mereka dapat mengerti pilihan terbaik untuk mereka adalah pindah," katanya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchystsia mengancam akan mengambil langkah nyata untuk mengakhiri kerusuhan jika tidak ada kemajuan selama perayaan Paskah. Sedangkan, di Donetsk, para pemimpin separatis kembali menyerukan referendum.

 

Sejumlah pria bersenjata yang menduduki gedung pemerintahan di Donetsk dan kota lainnya menolak kesepakatan yang telah dihasilkan dalam pertemuan antara empat negara di Jenewa, Kamis lalu. Dalam pertemuan itu, keempat negara, Rusia, Ukraina, Uni Eropa, dan Amerika Serikat sepakat untuk mengawasi pelucutan senjata para militan dan membebaskan gedung-gedung pemerintahan dan fasilitas lainnya yang diduduki.

Kementerian Luar Negeri Ukraina sendiri telah berjanji untuk menangguhkan operasi anti-teroris selama perayaan Paskah dan pelaksanaan perjanjian Jenewa. Pemerintah juga mengatakan pihaknya memang melakukan tindakan yang kurang nyata guna melindungi warga sipil. Pasalnya, hal tersebut dapat membuat Rusia kembali mengintervensi jika terjadi pertumpahan darat etnis Rusia.

Meskipun begitu, kurangnya jumlah pasukan dan pelatihan dapat menjelaskan kondisi tersebut. Pasukan Ukraina sendiri kehilangan sejumlah kendaraan militernya yang kemudian dikuasai oleh para militan. "Sebuah gencatan senjata Paskah mungkin menunjukan niat yang baik, atau mungkin juga menunjukan ketidakmampuan Kiev," kata Igor, salah satu pria yang menduduki gedung pemerintahan Donets.

"Jika mereka memang tidak mampu, maka kami sudah menang. Jika mereka memprovokasi kami, maka kami akan membalasnya dengan pasukan kami," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement