Senin 21 Apr 2014 16:12 WIB

Konflik di Asia Timur Bakal Memanas, Ada Apa?

PM Jepang Shinzo Abe (mengenakan jas) melakukan inspeksi terhadap pasukan Bela Diri Jepang dalam peringatan Hari Bela Diri di Pangkalan Asaka, Tokyo.
Foto: AP PHOTO
PM Jepang Shinzo Abe (mengenakan jas) melakukan inspeksi terhadap pasukan Bela Diri Jepang dalam peringatan Hari Bela Diri di Pangkalan Asaka, Tokyo.

REPUBLIKA.CO.ID,  TOKYO -- Konflik antara Beijing dan Tokyo bakal memanas setelah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menyumbangkan sebuah pohon ke kuil Yasukuni. Meski hanya sekedar menyumbangkan, tapi tidak berkunjung langkah Abe ini sudah dapat dipastikan bakal mengundang protes.

Seperti dikutip media lokal dan Kantor Berita Jiji Press, sumbangan pohon itu bertepatan dengan festival Musim Semi. Ini sekaligus menandakan niatan Abe untuk tidak mengunjungi kuil selama festival.

Washington sendiri telah mengingatkan Abe untuk tidak menahan diri untuk mengunjungi kuil tersebut. Ini merupakan permintaan Washington guna mendinginkan suasana di Asia Timur.

Kuil Shinto berumur 145 tahun yang dibangun sebagai penghormatan kepada korban perang Jepang itu, termasuk beberapa pemimpin perang "kelas A" yang dikutuk sebagai penjahat perang oleh kekuatan sekutu pimpinan AS dan dieksekusi setelah Perang Dunia II.

Abe yang dikenal karena pandangan nasionalisnya, menuai protes dari Cina dan Korea Selatan ketika ia mengunjungi kuil itu Desember lalu pada saat hubungan Jepang dengan negara-negara tetangga yang sangat tegang atas sengketa teritorial dan perbedaan persepsi sejarah .

Para anggota parlemen konservatif Jepang akan berziarah ke kuil itu selama musim semi dan musim gugur, dalam berbagai festival dan peringatan perang. Abe memberikan jenis pohon yang sama pada festival musim gugur tahun lalu, tetapi tidak mengunjungi kuil.

Yasukuni adalah titik panas dalam hubungan antara Jepang dan negara-negara tetangga Asia, dengan perbedaan pendapat tentang sejarah yang memberi warna buruk hubungan mereka.

Beijing dan Seoul melihat Yasukuni sebagai pengingat yang menyakitkan terhadap imperialis Jepang masa lalu, karena mengabadikan beberapa orang yang melarikan diri dari negeri itu dan militer selama tahun-tahun ekspansionisme brutal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement