REPUBLIKA.CO.ID, TALLINN -- Estonia berharap NATO akan menampah jumlah personil militer di wilayahnya sebagai respon atas kekhawatiran terhadap tindakan Rusia yang dinilai dapat mendestabilisasi keamanan di negara tersebut, kata menteri pertahanan Estonia Sven Mikser, Selasa.
Sejumlah negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania) semakin khawatir terhadap kemungkinan meluasnya aksi aneksasi Rusia ke wilayahnya setelah Moskow merebut Crimea dari Ukraina.
"Saya ingin melihat lebih banyak tentara di darat dan pesawat-pesawat tempur di udara," kata Mikser saat diwawancara Reuters.
"Saya memperkirakan Moskow akan melancarkan respons keras atas kehadiran pasukan NATO di kawasan Baltik," kata dia.
Pernyataan Mikser tersebut disampaikan setelah Polandia mendesak NATO untuk menempatkan pasukan dalam jumlah besar di Eropa timur dengan mengabaikan keberatan dari Rusia.
Rusia mengatakan bahwa penempatan pasukan NATO di Eropa timur adalah tindakan yang melanggar kesepakatan kerja sama antara Moskow dengan aliansi militer tersebut pada 1997 lalu.
NATO sendiri berjanji akan mengirim lebih banyak kapal, pesawat dan tentara di Eropa timur namun menolak untuk membangun pangkalan militer permanen.
Sampai sejauh ini, NATO juga menempatkan empat pesawat tempur di pangkalan militer Amari, Estonia. Aliansi militer itu juga mengirim kapal penyapu ranjau di laut Baltik timur.
Mikser berharap NATO akan terus melakukan latihan militer bersama sesuai dengan perjanjian Pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap serangan atas satu anggota aliansi adalah tindakan agresi terhadap seluruh anggota NATO.
Mikser mendesak NATO untuk bertindak cepat karena proses pengambilan keputusan mengharuskan konsensus di antara seluruh anggota aliansi, tidak seperti Rusia.
"Kami harus selalu waspada. Pelajaran yang dapat diambil dari krisis Ukraina adalah bahwa Rusia dapat mengambil keputusan dengan cepat," kata Mikser.
"Pada saat itu kami menyaksikan Rusia dapat memindahkan kekuatannya dengan cepat dan mereka dapat menempatkan pasukan di suatu tempat juga dengan sangat cepat," kata dia menambahkan.
Sekitar 25 persen dari 1,3 juta total populasi Estonia berasal dari etnis Rusia. Kota terbesar ketiga di negara itu, Narva, berbatasan langsung dengan Rusia dan 90 persen penduduknya berbahasa Rusia.
"Di sejumlah wilayah yang mayoritas penduduknya berbahasa Rusia, kami menyaksikan aksi sejumlah provokator. Namun menurut saya, sebagian besar dari mereka lebih senang tinggal di Estonia," kata Mikser.