Rabu 23 Apr 2014 14:13 WIB

Hari Keenam Kapal Sewol Tenggelam, Korban Tewas 146 Orang

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Keluarga korban kapal Sewol yang tenggelam di Laut Jindo sesaat sebelum melakukan long march ke istana presiden untuk memprotes tim penyelamat pemerintah yang dinilai lamban dalam mengevakuasi korban, Ahad (20/4).
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Keluarga korban kapal Sewol yang tenggelam di Laut Jindo sesaat sebelum melakukan long march ke istana presiden untuk memprotes tim penyelamat pemerintah yang dinilai lamban dalam mengevakuasi korban, Ahad (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL-- Pencarian korban kapal Feri Sewol masih terus dilakukan. Enam hari setelah kejadian, jumlah korban tewas yang ditemukan menyentuh angka 146 jiwa. Di Pulau Jindo, pulau terdekat dengan lokasi kapal tenggelam ratusan keluarga korban masih berkumpul.

Beberapa dari mereka terlihat menangis, ada pula yang berlarian dari tenda. Sementara lainnya berdiri dengan mata merah dan tampak sangat terguncang. Setiap mayat yang datang ke Pulau Jindo langsung dibawa ke kamar mayat dengan pendingin.

Hanya keluarga korban yang diizinkan memasuki kamar mayat. Sementara petugas, membacakan deskripsi mayat yang ditemukan lewat pengeras suara. Deskripsi tambahan dituliskan di sebuah papan putih.Masih ada sekitar 150 korban yang belum ditemukan.

Saat tenggelam Feri Sewol mengangkut 476 penumpang dan awak, sekitar 339 penumpang merupakan guru dan murid Sekolah Menengah Atas (SMA) Danwon di Ansan. Sebanyak 174 jiwa berhasil diselamatkan, sementara 146 ditemukan tewas dan lainnya masih hilang.

Jumlah mayat yang ditemukan terus meningkat sejak akhir pekan. Setelah tim penyelamat berhasil 'membobol' masuk ke dalam feri. Juru bicara satuan tugas penyelamat Koh Myung-seok mengatakan, sebelumnya para penyelam terhambat arus deras dan cuaca buruk saat memasuki bagian dalam kapal.

Kini petugas berburu dengan waktu untuk segera menemukan sisa korban. Tipis harapan, ditemukannya korban hidup. Kini penyelam fokus menerobos dinding kabin untuk mengambil mayat yang terjebak di sana.

"Aula kapal adalah salah satu ruang terbuka, jadi sekali kami masuk pencarian bisa langsung dilakukan. Tapi untuk masuk ke kabin kami harus memecah dinding, karena kabin berbentuk kompartemen-kompartemen," ungkap Koh.

Insiden tenggelamnya Feri Sewol memicu kemarahan pada kapten dan awak kapal. Presiden Korea Selatan Park Geun-hye bahkan menyebut tindakan kapten dan tiga awaknya, sebagai pembunuhan.Kapten Lee Joon-seok dan dua anggota awak ditangkap pada Sabtu (19/4).

Mereka dituduh lalai menjalankan tugas dan meninggalkan orang-orang yang membutuhkan. Awak keempat ditangkap pada Selasa (22/4). Di hadapan wartawan salah satu dari para awak mengatakan, mereka mencoba memperbaiki kondisi kapal yang miring. Tapi menurutnya perangkat keseimbangan berat tak dapat bekerja. Beberapa awak mencoba meluncurkan sekoci, tapi sayang feri terlalu miring.

"Kami mencoba meluncurkan sekoci, tapi sulit mencapai tempatnya karena kapal sudah sangat miring," ujar salah satu kru, saat ditanya kenapa hanya satu sekoci yang digunakan dari 46 sekoci yang tersedia.

Sementara kapten berdalih, penundaan perintah evakuasi dilakukannya karena arus laut yang kuat dan kondisi air yang sangat dingin. Menurutnya jika evakuasi tetap dilakukan saat itu banyak nyawa yang tak terselamatkan, sebelum bantuan datang.

Penyebab bencana belum diketahui hingga saat ini. Jaksa senior Ahn Sang-don mengatakan, peneliti tengah menyelidiki berbagai faktor mulai dari cuaca, arus laut, hingga modifikasi kapal. Jaksa juga tengah menyelidiki Yoo Byung-un, pemilik perusahaan Chonghaejin Marine Co Ltd, perusahaan yang mengoperasikan Feri Sewol.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement