REPUBLIKA.CO.ID, LHASA-- Gletser di Gunung Qomolangma, yang di Barat dikenal sebagai Gunung Everest, telah menyusut sampai 10 persen selama 40 tahun belakangan ini akibat pemanasan global, kata seorang peneliti, Rabu.
Kang Sichang, seorang peneliti di Lembaga Penelitian Plateau Tibet di Akademi Sains China, mengatakan data tersebut dilandasi atas pemantauan lokasi dan pengindera jarak jauh. Akibatnya ialah arus hilir danau gletser jadi 13 kali lebih besar daripada empat dasawarsa lalu, kata Kang, yang telah memimpin beberapa tim penelitian gletser ke daerah Gunung Qomolangma.
Data memperlihatkan gletser d Dataran Tinggi Tibet mencakup satu daerah sekitar 50.000 kilometer persegi, yang berarti lebih dari 80 persen dari seluruh lapisan di negeri tersebut. Gletser sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga berfungsi menjadi pemantau, kata Kang, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu petang.
Perubahan iklim telah berdampak pada plateau itu, yang memiliki posisi paling tinggi di dunia. Kang mengatakan gletser mulai menyusut sejak Abad 20 dan bertambah cepat sejak 1990-an. Dibandingkan dengan 20 tahun lalu, hutan serac sekarang sekarang berada di tempat yang lebih tinggi dan gletser memiliki retakan yang lebih banyak dan lebih besar, kata peneliti tersebut kepada Xinhua.
Ia mengatakan gletser di plateau itu adalah sumber air pelengkap buat banyak danau dan sungai di pedalaman dan penyusutan dapat mengurangi aliran air di hilir.