REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina memulai kembali operasi militer terhadap separatis pro-Kremlin Selasa malam, beberapa jam setelah Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengakhiri kunjungan dua harinya di mana ia memperingatkan Rusia atas tindakannya di bekas republik Sovyet itu.
Departemen Pertahanan AS pada saat yang sama mengumumkan akan mengirim 600 tentara ke Polandia dan negara-negara Baltik bagi pelatihan-pelatihan.
Rusia telah mengirim puluhan ribu tentaranya di perbatasan timur Ukraina. Tindakan-tindakan terbaru itu menegaskan betapa kerasnya krisis itu yang telah menyebabkan hubungan-hubungan Barat dan Timur berada pada titik paling berbahaya sejak Perang Dingin berakhir.
Penjabat Presiden Ukraina, Oleksandr Turchynov, Selasa malam mengatakan ia memerintahkan militer, untuk memulai kembali operasi-operasi terhadap pemberontak setelah menemukan dua mayat yang disiksa secara kejam di kota Slavyansk yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur.
Salah seorang dari mereka, katanya, adalah seorang yang baru-baru ini menculik anggota dewan lokal dari satu kota terdekat yang menjadi anggota partainya.
Sementar, satu pesawat pengintai Ukraina ditembaki ketika terbang di Slavyansk. Pesawat Antoov An-30 terkena tembakan, tetapi selamat dan melakukan pendaratan darurat. ''Tidak ada awak pesawat yang cedera,'' kata kementerian pertahanan di Kiev.