REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang terfokus di bawah air sudah mencakup 80 persen di lokasi pencarian menggunakan Autonomous Underwater Vehicle (AUV). Masyarakat dan keluarga korban kembali bertanya apa lagi berikutnya yang akan dilakukan pemerintah Malaysia dalam operasi pencarian yang sedang berlangsung di Samudera Hindia selatan.
Haruskah AUV atau yang biasa dikenal dengan robot tanpa awak dengan kode nama Bluefin-21 melanjutkan misinya. Atau akankah digantikan oleh hardware lain, karena tidak ada hal menarik yang ditemukan oleh Bluefin-21.
Namun, karena operasi pencarian memasuki hari ke-47 pada Rabu (23/4) dan belum ada pengumuman tentang tindakan berikutnya. Dalam wawancara khusus dengan Bernama, Kepala Excutive Kantor Total Marine Technology (TMT), Paul Colley menerangkan sekilas tentang TMT Remotely Operated Vehicle (ROV) dengan kode nama Typhoon yang diharapkan bisa menawarkan bantuan dalam operasi pencarian.
TMT merupakan perusahaan di Australia yang membuat berbagai jenis ROV, merupakan anak perusahaan milik Malaysia, Sapura Kencana Petroleum Well Services. Colley, yang juga pendiri TMT mengatakan, mencari sesuatu dalam air benar-benar sangat sulit, seperti mencari jarum di tumpukan jerami di planet yang berbeda.
Ini bukan karena kita punya orang yang salah atau peralatan yang salah, hanya saja kedalaman 4.500 meter dan semua teknologi ada batasnya," kata Colley, Rabu (23/4).
Berbeda dengan Bluefin-21, Typhoon memiliki berbagai manipulator, sensor, sonar, lampu dan 16 kamera yang bisa mengirimkan informasi secara realtime ke kabel yang terpasang langsung ke kapal. “Itu menggunakan kabel serat optik, sehingga video yang direkam dapat diakses langsung oleh operator di kapal," lanjut Colley. Dia menambahkan bahwa perusahaan memiliki sekitar 150 operator ROV dan sekitar setengah dari mereka yang mampu menangani Typhoon.
Kelebihan lain dari Typhoon yaitu dapat tenggelam dalam air hingga empat minggu tanpa perlu muncul kepermukaan, dibandingkan dengan Bluefin-21 yang perlu muncul kembali setiap 24 jam. Berat normal yang dimiliki multi purpose vehicle (MPV) itu seberat 5.500 kilogram (5,5 ton). Namun, beratnya akan berkurang menjadi 20 kg ketika berada di bawah air untuk memungkinkan mobilitas.
“Tetapi jika ROV bergerak bersama-sama di bawah air, mobilitas mereka akan terbatas,” lanjut Colley. Dia melanjutkan akan sangat sulit menggunakan ROV di daerah pencarian yang luas. ROV paling cocok ketika lokasi sudah diketahui. Typhoon hanya dapat bergerak dengan kecepatan tiga knot.
Saat ditanya apakah pemerintah telah meminta bantuan ROV atau perusahaan itu telah menawarkan bantuan untuk pencarian puing-puing MH370, Colley mengatakan mereka telah mengatakan tentang Typhoon kepada pihak berwenang dan siap kapanpun jika diperlukan.