REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengecam laporan mengenai komunikasi yang berkembang antara HAMAS dan Fatah, yang bertikai, dan menuntut presiden Palestina memilih perdamaian dengan HAMAS atau dengan Israel.
"Bukannya memasuki perdamaian dengan Israel, (Presiden Palestina Mahmoud) Abbas malah berdamai dengan HAMAS," kata Netanyahu setelah pertemuan dengan Menteri Urusan Luar Negeri Austria Sebastian Kurz di Yerusalem, Rabu (24/4).
"Ia harus memilih. Apakah ia ingin perdamaian dengan HAMAS atau perdamaian dengan Israel? Anda dapat memiliki satu tapi tidak yang lain. Saya harap ia memilih perdamaian, sejauh ini ia belum melakukan itu," kata Netanyahu di dalam satu pernyataan.
Netanyahu menuduh Abbas menggagalkan kemajuan dalam pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina. "Kami berusaha meluncurkan kembali perundingan dengan Palestina," katanya.
Pernyataan Netanyahu ini dikeluarkan di tengah laporan bahwa Faksi Fatah, yang menguasai Tepi Barat Sungai Jordan, dan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) sedang bersiap melaksanakan kesepakatan bersejarah setelah tujuh tahun pergolakan fantar-faksi.
Meskipun Israel telah berunding dengan Pemerintah Otonomi Nasional Palestina, yang dikuasai Fatah, Tel Aviv telah menganggap HAMAS sebagai musuh bebuyutan dan keduanya terlibat dalam aksi masa perang pada 2008 dan 2012. HAMAS telah menolak pembicaraan perdamaian dengan Israel dan tak mengakui Israel pada masa lalu.
Pemimpin perunding Palestina Saed Erekat mengatakan kepada Xinhua, "Kecaman Netanyahu dengan tegas ditolak. Perujuan nasional adalah prioritas nasional dan itu tak memiliki hubungan apa pun dengan pembicaraan perdamaian yang berlangsung dengan Israel."