Kamis 24 Apr 2014 07:00 WIB

MH370 Belum Ditemukan, Malaysia: Pesawat Itu Mungkin Mendarat

A crew member aboard the Australian Navy ship, HMAS Success, can be seen through a window looking for debris in the southern Indian Ocean during the search for missing Malaysia Airlines Flight MH370.
Foto: Reuters/Australian Defence Force
A crew member aboard the Australian Navy ship, HMAS Success, can be seen through a window looking for debris in the southern Indian Ocean during the search for missing Malaysia Airlines Flight MH370.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Keselamatan Transportasi Australia (ATSB) menyatakan puing yang ditemukan di sebuah pantai di Australia Barat bukan bagian dari pesawat hilang Malaysia Airlines MH370.

Ssedangkan Senin lalu sumber-sumber pada kepolisian Malaysia menyatakan Tim Investigasi Internasional (IIT) tak mengesampingkan teori MH370 telah mendarat di suatu tempat.

Ketua Komisaris ATSB Martin Dolan yang sebelumnya menyatakan sebuah lembaran logam berpaku keling sebagai objek yang menarik untuk diselidiki, beberapa jam kemudian menilai benda itu bukan bagian dari MH370.

"Semakin kami cermati benda itu, semakin kurang yakin kami pada benda itu," kata dia seperti dilaporkan CNN. Pada Senin (21/4) lalu, sumber-sumber pada kepolisian Malaysia mengungkapkan kepada harian terkemuka negeri itu New Straits Times bahwa IIT akan menyelidiki ulang skenario sejak awal termasuk kemungkinan MH370 mendarat di suatu tempat, di luar keyakinan selama ini berakhir di Samudera Hindia.

"Asumsi bahwa pesawat itu mendarat di suatu tempat adalah tidak mustahil mengingat kami tidak menemukan satu pun puing yang berkaitan dengan MH370," kata salah seorang sumber itu kepada New Straits Times.

"Kendati begitu, kemungkinan negara tertentu menyembunyikan pesawat tersebut ketika lebih dari 20 negara sedang mencarinya, adalah absurd," sambung sang sumber.

Dia mengakui sulit memastikan apakah penerbangan MH370 benar-benar berakhir di Samudera Hindia kendati sejumlah kalkulasi menunjuk ke arah itu.

Dia menegaskan bahwa tim investigasi pimpinan Malaysia bersama tim dari Inmarsat dan Badan Penyelidikan Kecelakaan Udara Inggris (AAIB) mengandalkan sebuah satelit Inmarsat yang tidak memberikan rincian-rincian pasti termasuk arah terbang pesawat, ketinggian dan kecepatannya.

"Sebuah satelit komunikasi adalah memang untuk berkomunikasi. Alasan para penyelidik terpaksa mengadopsi algoritma baru untuk menaksir lokasi terakhir diketahui dari MH370 adalah karena tidak ada sistem pemosisian global (GPS) yang mengikuti pesawat itu mengingat transpondernya mati 45 menit setelah terbang," kata salah satu sumber tadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement