Kamis 24 Apr 2014 17:23 WIB

Oposisi Thailand Ajukan Pembicaraan Damai

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang demonstran anti-pemerintahan Thailand mengibarkan bendera di tengah semprotan water canon pasukan antihuru-hara pemerintah.
Foto: AP PHOTO
Seorang demonstran anti-pemerintahan Thailand mengibarkan bendera di tengah semprotan water canon pasukan antihuru-hara pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK – Mantan perdana menteri Thailand Abhisit Vejjajiva menyerukan pembicaraan antara pemerintah dan oposisi untuk memulihkan stabilitas. Abhisit yang merupakan pemimpin oposisi utama dari partai Demokrat itu mengkhawatirkan pertumpahan darah yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Abhisit ikut turun dalam demonstrasi yang menginginkan PM Yingluck Shinawatra mundur dari jabatannya. Partainya memboikot pemilihan umum pada 2 Februari yang akhirnya dianggap tidak sah oleh pengadilan.

Namun sekarang, Abhisit tampak menjaga jarak antara dirinya dengan para pengunjuk rasa. Ia mengatakan pada media Rabu, kekerasan dikhawatirkan akan terus meningkat. ‘’Ini saatnya orang-orang membicarakan jalan tengah,’’ kata dia, dikutip Reuters.

Ia mengatakan banyak orang yang menginginkan hal sama dengannya. Menurutnya, kedua belah pihak bisa berjalan beriringan dan mendapatkan solusi yang diinginkan juga menguntungkan kedua belah pihak. Jika tidak, maka tidak akan ada kestabilan jangka panjang.

Jumlah pengunjuk rasa anti pemerintah pun dinilainya telah berkurang. Pada puncak protes, ada sekitar 200 ribu orang bergabung namun seiring waktu jumlahnya menyusut. Memang masih ada demonstran garis keras yang mengatakan akan terus mengganggu pemerintahan hingga Yingluck digulingkan.

Pernyataan Abhisit ini dipandang skeptis oleh pemerintah. Juru bicara deputi pemerintahan Sunisa Lertpakawat mengatakan apa yang dinyatakan Abhisit tidak konsisten, berbeda antara yang dikatakan dan dilakukan. ‘’Jika ia tulus, mengapa ia tidak ikut pembicaraan pada Selasa yang mendiskusikan waktu pemilihan umum selanjutnya?,’’ katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement