REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Malaysia berencana menyiarkan laporan awal pekan depan mengenai pesawat Malaysia Airlines, yang hilang, kata Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kepada CNN, Kamis, lebih dari enam pekan setelah penerbangan itu hilang dalam perjalanan ke Beijing.
"Ada kemungkinan pekan depan kita akan menyiarkan laporan itu," kata Najib dalam wawancara itu dan kemudian menyatakan bahwa laporan tersebut akan disiarkan pada pekan depan.
''Pemerintah Malaysia telah menyampaikan laporan awal kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO),'' kata Najib menambahkan.
Badan PBB itu mengatakan kepada CNN, bahwa laporan itu belum dipublikasikan, termasuk rekomendasi keamanan di bidang penerbangan untuk melaksanakan pelacakan real-time dari pesawat komersial, sama dengan rekomendasi yang dibuat setelah bencana Penerbangan 447 Air France pada 2009.
Pejabat Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan Rabu bahwa kabinet Malaysia telah menyetujui untuk membentuk tim investigasi internasional guna menyelidiki insiden hilangnya penerbangan MH370, yang terjadi pada 8 Maret dengan 239 orang di dalam pesawat, termasuk tujuh warga negara Indonesia.
"Tujuan utama Tim Investigasi Internasional adalah untuk mengevaluasi, menyelidiki dan menentukan penyebab sebenarnya insiden, sehingga kejadian-kejadian yang mirip dapat dihindari di masa depan," katanya.
Berbicara pada briefing harian Kamis, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Qin Gang, mengatakan negaranya akan berpartisipasi dalam penyelidikan sesuai dengan konvensi internasional.
Badan Pusat Koordinasi Bersama (JACC), yang mengawasi pencarian pesawat Malaysia yang hilang, Jumat melaporkan bahwa Kendaraan Bawah Air Mandiri Bluefin-21 telah menyelesaikan pencarian sekitar 95 persen dari luas wilayah bawah air terfokus tanpa kontak menarik yang ditemukan hingga saat ini.
Fokus area pencarian bawah air merupakan lingkaran radius 10-km sekitar kedua derek deteksi Pinger Locator yang terjadi pada 8 April.