Rabu 30 Apr 2014 19:17 WIB

Kerja Sama Sinema Indonesia-Australia Terjalin Baik

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Festival Film Indonesia saat ini tengah berlangsung di benua kangguru. Dalam acara pemutaran film, kerap ada penonton Australia, meskipun mayoritas penonton masih  berasal dari komunitas Indonesia. Tahun ini terungkap bahwa hubungan Australia-Indonesia  dalam bidang sinema juga terjalin di balik layar.

Contohnya, Aktor Indonesia Verdi Solaiman akan berperan dalam film yang disutradarai oleh sineas Australia dan dibintangi oleh aktor Paul O’Brien, yang pernah berperan dalam serial televisi Home and Away. Rencananya, film ini akan diputar tahun ini atau tahun 2015.

“Akhir tahun lalu kita baru selesai shooting film yang berjudul Message Man,” ucap Verdi dalam konferensi pers yang berlangsung di Konsulat Jendral Republik Indonesia di Melbourne, Kamis (24/4) lalu.

“Film ini film action, jadi di luar kenyamanan Paul O’Brien, yang biasanya dapat peran laki-laki yang manis. Di film ini, Ia akan berperan sebagai pembunuh yang sudah pensiun dan bersembunyi di Indonesia,” jelasnya.

Selain Verdi, aktor-aktor Indonesia yang terlibat dalam film Message Man antara lain Epy Kusnandar, Aji Santosa dan Mike Lewis.

Dalam konferensi pers tersebut, Verdi hadir bersama aktris Ratu Felisha, dalam rangka ditampilkannya film yang mereka lakoni, yaitu Something in the Way , dalam IFF ke 9.

Sutradara Hanung Bramantyo berharap di masa depan hubungan Indonesia dan Australia dalam dunia perfilman bisa lebih dekat.

“Tidak hanya produksi tapi juga marketing. Jadi film Indonesia tidak hanya diputar di IFF seperti ini tapi juga diputar di bioskop kebanyakan di Australia...kita berharap pelaku bisnis di Australia melihat itu sebagai bisnis yang bagus..." jelasnya.

Hanung bercerita mengenai minatnya membuat film berdasarkan keadaan komunitas Islam di Selandia Baru.

“Komunitas Islam di New Zealand  menarik perhatian saya, ketika itu bisa difilmkan. New Zealand sebagai sebuah negara yang paling damai di dunia, justru umat Islam  di situ yang tumbuh berkembang saat ini adalah kelompok-kelompok radikal,” ucapnya.

Hanung kali ini hadir di IFF sebagai ko-produser film 2014, yang bertemakan pemilihan umum di Indonesia. Film itu belum ditayangkan di Indonesia, karena takut akan memicu terlalu banyak kontroversi, terutama menjelang pemilihan umum tahun ini.

Namun, dalam sebuah workshop yang diadakan di Melbourne University, Hanung memberi kejutan dengan memutarkan film karyanya Soekarno: Indonesia Merdeka, yang dirilis tahun 2013 lalu.

Hanung berkata bahwa dalam waktu dekat ini Ia akan kembali ke Australia, tepatnya ke Perth, untuk memutar film Soekarno dalam acara festival film Indonesia yang akan diselenggarakan lembaga Balai Bahasa.

Sutradara Mira Lesmana, yang filmnya Sokola Rimba juga ditampilkan di IFF kali ini, menekankan bahwa festival film macam IFF penting untuk pertukaran dan saling memahami antara bangsa dan budaya.

“Kalau saya datang menonton Australian Film Festival, itu yang saya harapkan. Saya bisa menonton bagaimana budaya orang Australia dan kisah kehidupan, dan semuanya sama, semua tentang mempelajari satu sama lain untuk bisa hidup lebih baik,” ucapnya.

“Orang Australia melihat Indonesia pasti menarik untuk memahami lebih jauh, apalagi kita adalah negara tetangga yang hubungannya pahit-pahit manis, jadi sangat penting untuk memahami lebih baik,” lanjut Mira Lesmana sambil tertawa.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement