Rabu 30 Apr 2014 09:23 WIB

Jepang Tunggu Tanggapan Cina untuk Berdialog

Letak kepualauan Senkaku (dalam versi Jepang) yang disengketakan oleh Cina dan Jepang
Foto: WIKIPEDIA
Letak kepualauan Senkaku (dalam versi Jepang) yang disengketakan oleh Cina dan Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Jepang menunggu tanggapan resmi dari pemerintah Tiongkok untuk memulai dialog antara dua negara terkait sengketa di kawasan. Itu diungkapkan pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang di Jakarta, Selasa (29/40) malam setelah sebelumnya Jepang menolak memenuhi syarat dari Tiongkok.

"Kami (Jepang) merasa tidak perlu memenuhi syarat itu karena tidak relevan," kata Wakil Direktur Jenderal Perencanaan Kebijakan Politik dan Keamanan Internasional Kemlu Jepang, Takio Yamada, dalam press briefing perubahan kebijakan keamanan Jepang itu. "Kami sudah membuka diri untuk berdialog, jadi kami menunggu tanggapan dari Cina," lanjut Yamada.

Hubungan Jepang dan Cina menegang seiring kontestasi kekuatan militer antarkedua negara sejak pertengahan 2013, terkait wilayah sengketa Pulau Senkaku (sebutan oleh otoritas Jepang) atau Pulau Diaoyu (sebutan oleh otoritas Cina).

Pada awal 2014, Jepang menawarkan proposal untuk kemungkinan dialog kedua negara yang ditanggapi Cina dengan mengajukan syarat agar Jepang mengakui adanya sengketa wilayah di antara kedua negara.

"Tidak ada wilayah sengketa karena Senkaku sejak awal adalah bagian dari Jepang, bahkan pangkalan Amerika di Okinawa menggunakannya sebagai sasaran uji tembak rudal," kata Yamada.

Menurut Profesor Tsutomu Kikuchi dari Departemen Ilmu Politik Universitas Aoyama Gakuin, Jepang, yang menyertai tim Yamada dalam sosialisasi kebijakan keamanan Jepang, dialog antara kedua negara seharusnya lebih difokuskan kepada stabilitas kawasan.

"Sebagai negara tetangga dan negara ekonomi ketiga (Jepang) dan kedua (Cina), kedua negara memiliki peran strategis untuk menjaga stabilitas kawasan, alih-alih saling mengintimidasi," kata Kikuchi.

Kikuchi menambahkan meskipun kedua pemimpin pemerintahan, Perdana Menteri Shinzo Abe dan Presiden Xi Jinping belum saling bicara, hubungan ekonomi dan antarmasyarakat "people-to-people contact" kedua negara berjalan dengan baik.

Hal tersebut, lanjut Kikuchi, bisa menjadi modal awal yang baik bagi dialog antarpemimpin kedua negara. "Orang Cina merupakan jumlah terbesar mahasiswa asing di Jepang, dan Jepang merupakan mitra dagang terbesar bagi Tiongkok," kata Kikuchi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement