Kamis 01 May 2014 15:36 WIB

20 Tahun Negosiasi, Damai Palestina-Israel Makin Jauh

Rep: Elba Damhuri/ Red: Mansyur Faqih
Pengungsi Palestina di Jalur Gaza.
Foto: AP/Hatem Moussa
Pengungsi Palestina di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jalan damai antara Palestina dan Israel tampaknya masih jauh. Upaya Menteri Luar Negeri AS John Kerry untuk membentuk solusi dua negara akhirnya kandas. 

Pembicaraan damai 20 tahun, kata analis Timur Tengah BBC Jeremy Bowen, bukannya makin mendekatkan kesatuan kedua negara.

"Yang terjadi, Palestina dan Israel semakin jauh, semakin terpecah. Perjanjian damai tinggal mimpi," kata Bowen seperti dikutip BBC, Kamis (1/5).

Pada awal pembicaraan damai pada 1990-an, mayoritas rakyat Palestina dan Israel berpikir perdamaian akan terwujud. Seiring waktu berjalan, Bowen menuturkan, setiap perjanjian perdamaian berakhir tanpa hasil. Termasuk yang digagas Kerry dan pendahulunya, Hillary Rodham Clinton.

Fenomena yang muncul belakangan, kata Bowen, saling percaya rakyat kedua negara, termasuk pemerintahannya, semakin tidak tumbuh. Rasa saling curiga dan ketakutan menyeruak, baik terhadap rakyat Palestina dan rakyat Israel.

"Padahal, harapan terciptanya perdamaian menjadi sangat penting," kata Bowen.

Kerry menggagas peta jalan damai baru untuk menciptakan solusi dua negara Palestina-Israel. Palestina bergerak maju dengan terciptanya kesepakatan antara Hamas dan Fatah, yang selama ini bertikai. 

Israel mengecam 'perdamaian' Fatah dengan Hamas. PM Israel Benyamin Netanyahu menolak keras perundingan damai jika Hamas ada di dalamnya. Netanyahu meminta Presiden Mahmud Abbas merobek-robek pakta kerja sama Fatah-Hamas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement