REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdamaian Palestina-Israel tampaknya masih panjang dan berliku. Analis Timur Tengah BBC Jeremy Bowen mengatakan, ini terjadi setelah tenggat perundingan damai 29 April sudah lewat dan tidak ada kata sepakat di antara kedua negara.
Bowen menggambarkan, masing-masing pihak tetap berkeras dengan posisi masing-masing untuk saling tidak mengakui. Palestina menolak lahirnya negara Yahudi Israel. Sementara Israel tidak bersedia atas keterlibatan Hamas dalam meja perundingan.
"Kondisi ini dipersulit oleh pernyataan Menlu John Kerry bahwa Israel akan menjadi negara Apartheid," kata Bowen seperti dikutip BBC, Kamis (1/5).
Usai kegagalan ini, Bowen mengatakan, Benyamin Netanyahu akan terus membangun permukiman di wilayah Palestina. Baik di Tepi Barat mau pun wilayah lainnya. Kekerasan terus akan terjadi di mana Israel tidak segan-segan meluncurkan roket-roketnya ke Jalur Gaza.
Pada sisi lain, jelas Bowen, Presiden Mahmud Abbas akan sibuk berkampanye meminta dukungan internasional. "Abbas akan memasukkan Palestina sebagai anggota lembaga-lembaga internasional lain, seperti yang dia sudah lakukan sekarang ini," kata dia.
Ide dua negara pun, menurut Bowen, tinggal mimpi saja. Padahal, rakyat Palestina dan Israel memiliki mimpi besar agar perdamaian bisa tercipta.