Kamis 01 May 2014 16:08 WIB

Mengawal Pembangunan RS Indonesia dari Drone Israel

Rep: C78/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Foto: MerC
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza-Palestina berdiri megah di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Bangunan yang bediri di lahan seluas 16.261 meter pesegi itu sangat mudah dikenali karena bentuknya yang unik dan berbeda dengan bangunan lainnya yang ada di Gaza.

Bentuknya segi delapan, terdiri dari dua lantai dan satu lantai basement. Siapa sangka, rumah sakit yang dibangun dekat lahan konflik itu dikawal oleh puluhan relawan gagah berani asal Bogor, Jawa Barat. Mereka diberi nama Tim Ukhuwah Rescue Al Fatah.

Mereka terlibat dalam pendirian bangunan secara langsung. Edi Wahyudi salah satunya. Ia merupakan Project Manager yang bertugas mengawal pembangunan RSI  di lapangan. Oleh warga Palestina, ia akrab disapa Abu Fikri.

“Niat kita ingin mencari ridho Allah,” katanyak di Jakarta, Rabu (30/4). Menurutnya, tak ada jaminan kesehatan apalagi keselamatan, ia dan 28 relawan lainnya ingin bisa bermanfaat untuk orang lain semasa hidup.

 

“Kita tidak tahu kapan kita mati, di sana, hitungannya detik,” lanjutnya. Ia bercerita, ketika proses pembangunan tengah berlangsung, pesawat pengintai Israel alias drone selalu berputar-putar di langit area rumah sakit.

“Pesawat dilengkapi dengan kamera dan rudal, maka kita hanya bisa tawakal dan terus merampungkan pembangunan,” kenangnya.

 

Dijelaskan Edi, dalam proses pembangunan ke-28 relawan dibantu oleh relawan dari Palestina, disesuaikan dengan bidang pembangunan yang mereka kuasai. 

Keterlibatan mereka dalam proses pendirian dimulai dari Mei 2011 dan rampung secara utuh pada Desember 2013.”Fisik seratus persen tinggal ada penyesuaian dengan electrical ini menyusul dengan nantinya mulai pengadaan alat-alat kesehatan,” lanjutnya.

 

Berbekal niat lillahitaala, tanpa bekal pengetahuan bahasa, Edi dan 28 relawan lainnya berangkat. Ia mengaku memang selalu tertantang di area-area beresiko. Ia juga sudah berpengalaman menjadi relawan pascabencana tsunami Aceh, termasuk evakuasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Al Fatah juga pernah turun menjadi relawan di merapi,  gempa Bantul dan turun di sejumlah daerah konflik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement