Jumat 02 May 2014 02:08 WIB

Gunakan Kekerasan, Polisi Bubarkan Massa May Day di Istanbul

Rep: C70/ Red: Julkifli Marbun
Sebuah demonstrasi di Istanbul (ilustrasi)
Foto: Reuters/Yannis Behrakis
Sebuah demonstrasi di Istanbul (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Polisi Turki menembakkan gas air mata, meriam air dan pelet karet untuk menghentikan pengunjuk rasa yang memperingati May Day atau Hari Buruh Sedunia pada Kamis (1/5). Sejumlah aparat keamanan tersebut dipersenjatai dengan bom api untuk menghadang pengunjuk rasa yang ingin menentang Perdana Menteri Tayyip Erdogan dan yang ingin mencapai alun-alun Taksim, Istanbul.

Sebelumnya para aparat keamanan telah melakukan pengaman dengan menutup sebagian fasilitas transportasi umum kota, barikade baja juga didirikan dan mengerahkan ribuan polisi untuk memblokir akses menuju Taksim, tempat berkumpulnya  para serikat buruh.

Pekan lalu, Erdogan telah memperingatkan, dia tidak akan membiarkan serikat buruh berbaris di Taksim. Para buruh akan menyuarakan tentang skandal korupsi selama masa pemerintahannya sejak Desember yang dianggap sebagai usaha sejumlah pihak yang ingin merusak nama baik Erdogan.

Seperti dilansir dari Reuters, kantor Gubernur Istanbul telah menerima informasi bahwa para aparat menggunakan kekerasan untuk membubarkan kerusuhan yang terjadi. Hal tersebut lantaran aparat keamanan gagal mencegah ribuan orang yang mencoba berbaris.

Para demonstran berulang kali mencoba untuk menerobos garis polisi yang memblokir jalan ke Taksim. Menurut Asosiasi Pengacara, sekitar 40 orang dirawat di rumah sakit dan sekitar 160 lainnya ditahan.

Di distrik Okmeydani, anggota kelompok sayap kiri terlihat melakukan perlawanan dengan melemparkan bom api ke arah para pasukan keamanan, yang dibalas oleh aparat dengan pelet karet.

"Ini adalah hari perjuangan. Kami tidak mencoba untuk mencapai Taksim untuk merayakan tapi untuk menolak. Kami tidak ingin kekerasan. Biarkan May Day di Taksim berjalan damai," kata seorang guru dan aktivis sayap kiri, Caglar (37).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement