REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Afghanistan menyerah. Warga desa dengan dibantu sedikit polisi yang menggunakan peralatan seadanya menghentikan pencarian korban longsor di provinsi Badakhshan, Sabtu malam (3/5).
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang berbasis di Jenewa mengatakan 2.700 tewas atau hilang. Namun, informasi mengenai jumlah pasti korban jiwa sulit didapat. PBB mengatakan fokus sekarang adalah membantu lebih dari 4.000 orang pengungsi. Organisasi internasional dan pejabat Afghanistan mengatakan sedikitnya 300 rumah yang terbuat dari bata lumpur terkubur pada longsor, Jumat.
"Skala longsor ini benar-benar menghancurkan. Seluruh desa tertimbun. Ratusan keluarga kehilangan segalanya dan sangat membutuhkan bantuan besar, " kata Kepala Misi IOM Afghanistan Richard Danziger, Ahad (4/5).
Kebutuhan utama mereka adalah air, obat-obatan, makanan dan tempat tinggal darurat. Para pejabat menyatakan kekhawatiran bagian lain dari bukit dapat runtuh sewaktu-waktu dan mengancam pengungsi dan petugas penyelamat.
Dalam beberapa tahun terakhir Badakhshan berkali-kali diterjang tanah longsor mematikan. Lokasi desa yang terpencil di utara Afghanistan membuat tim penyelamat sulit mencapainya. Akses jalan ke lokasi snagat buruk dan sempit. Hujan lebat yang mengguyur dalam sepekan terakhir membuat keadaan jalan makin buruk dan ini diduga menjadi penyebab longsor.
"Kami berhasil mengirim satu eskavator ke daerah, tetapi penggalian tampak sia-sia," kata Wakil Kepala Polisi Badakhshan Kolonel Abdul Qadeer Sayad.
Rumah-rumah terkubur lumpur hingga kedalaman empat meter. Pasukan koalisi pimpinan NATO siaga untuk membantu, tetapi belum ada permintaan dari pemerintah Afghanistan. Ratusan pengungsi terpaksa bertahan dalam kondisi suhu beku. Sejumlah pengungsi yang beruntung bisa bertahan di dalam tenda.
Sebelum bencana ini, hujan dan salju musim dingin yang meleleh telah menyebabkan kerusakan parah di sebagian besar wilayah Afghanistan utara dan menewaskan 100 orang. Presiden AS Barack Obama mengatakan pasukan Amerika berada dalam kondisi siaga untuk membantu.
Sekitar 30 ribu tentara AS tetap berada di Afghanistan sebelum bersiap untuk menarik semua pasukantempur akhir tahun ini. Polisi mengatakan mereka telah mengamankan wilayah sekitar bencana dari serangan gerilayawan. Taliban mengatakan mereka juga bersedia mengamankan.