REPUBLIKA.CO.ID, ODESSA -- Sedikitnya 42 orang tewas dan 125 terluka dalam pertempuran antara massa pendukung dan anti-Rusia di jalanan Odessa di selatan Ukraina. Puluhan demonstran pro-Rusia terpanggang dalam sebuah gedung pemerintahan yang terbakar, Sabtu (3/5).
Polisi mengatakan empat orang tewas. Sedikitnya tiga tewas ditembak dan puluhan terluka dalam bentrokan antara pendukung Kiev dan aktivis pro-Rusia. Bentrokan berakhir dengan separatis bersembunyi di gedung serikat buruh.
Kerusuhan di pelabuhan Laut Hitam, Odessa berakhir dengan kebakaran mematikan di Gedung Serikat Buruh. Sejauh ini, peristiwa tersebut menjadi insiden terburuk sejak Februari.
Di Donetsk, ratusan demonstran pro-Rusia menyerbu kantor gubernur dan markas keamanan negara. Mereka menggeledah dokumen dan menghancurkan jendela. Serangan tersebut mencerminkan gangguan keamanan yang memburuk.
Kerusuhan di Odessa adalah cermin meluasnya kekerasan yang semula berada di jantung gerakan separatis hingga ke wilayah yang jauh dari perbatasan Rusia. Hal ini meningkatkan prospek kerusuhan yang lebih luas di seluruh Ukraina.
Kerusuhan bermula saat Jumat, sejumlah pendukung sepak bola meneriakkan dukungan bagi para pemimpin Ukraina. Mereka terlibat bentrok dengan beberapa pria berpakaian hitam dan menembak. Rekaman gambar di televisi menunjukkan polisi terjebak di antara kedua belah pihak.
Terjadi pelemparan bom bensin dan tembakan terdengar. Kronologis kejadian hingga kini masih belum jelas.
Seorang jurnalis lokal Oleg Konstantinov mengatakan, peluru berdesing dalam jarak dekat sebelum kobaran api terjadi. "Saya dipukul di lengan, lalu saya mulai merangkak dan kemudian tertembak di punggung dan kaki," ujarnya, seperti dilansir Reuters, Ahad (4/5).
Pada hari yang sama, di Donetsk, massa pendukung Rusia bersenjata memproklamasikan Republik Rakyat Donetsk. Para pemberontak di sana bertujuan mengadakan referendum pada 11 Mei sebagai bentuk pemisahan diri dari Ukraina.
Sabtu, pemerintah Ukraina mengatakan telah menekan serangan. Ukraina juga mengatakan berhasil merebut kembali sebuah menara televisi dan sebuah bangunan jasa keamanan dari pemberontak di Kramatorsk.
Otoritas kesehatan mengatakan enam orang tewas dalam pertempuran di sana. "Kami tidak akan berhenti," kata Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov dalam sebuah posting di Facebook.
Kepala sebuah pusat antiteroris milik pemerintah Vasyl Krutov mengatakan pada konferensi pers apa yang mereka hadapi di Donetsk dan di wilayah timur bukan hanya semacam pemberontakan berumur pendek. Dia mengklaim itu sebenarnya perang. Operasi militer di timur dibayangi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Odessa.
"Ukraina dan pendukung Baratnya praktis memprovokasi pertumpahan darah dan bertanggung jawab langsung untuk itu," kata juru bicara Rusia Dmitry Peskov kepada wartawan, seperti dikutip kantor berita RIA Novosti.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina menyalahkan para pengunjuk rasa pro-Rusia. Kementerian mengatakan massa telah menyerang pendukung Ukraina sebelum mundur ke markas serikat buruh. Di sana pendukung Rusia menembaki kerumunan dan melempar bom bensin yang menyebabkan kobaran api.
Pejabat Presiden Ukraina Oleksander Turchinov mengatakan Ukraina didorong dalam konfrontasi menuju konflik sipil dan kehancuran negara. Dia mengaku tidak akan membiarkan hal tersbeut terjadi.
Kepala Polisi Daerah Petro Lutsiuk mengatakan pada Sabtu lebih dari 130 orang telah ditahan dan bisa menghadapi tuduhan berpartisipasi dalam kerusuhan hingga pembunuhan berencana.