REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kampanye pilpres di Mesir telah dimulai Sabtu (3/5). Ini merupakan pemilu pertama sejak mantan presiden Muhammad Mursi digulingkan oleh militer pada Juli tahun lalu.
Dilansir dari Aljazeera, mantan panglima militer Abdel Fattah el-Sisi dan politisi sayap kiri Hamdeen Sabahi bertarung memperebutkan kursi presiden pada 26-27 Mei mendatang. Namun, banyak masyarakat yang berharap bahwa Sisi akan memenangkan pertarungan ini.
Para pendukung Sisi pun mulai berkampanye melalui situs jejaring sosial. Seorang pendukungnya berkampanye menggunakan akun twitter dan mengatakan, "stabilitas, keamanan, dan harapan untuk Mesir akan tercapai melalui kemauan dan kemampuan kami."
Sebuah harian Ahram pun memberitakan Sisi yang tengah menangis ketika membaca pesan dari warganya yang tak mampu membeli makanan. "Sisi menangis ketika ia membahas sebuah surat yang ia terima dari warga miskin," kata suratkabar itu.
Jalanan di Kairo pun penuh dengan berbagai poster yang menunjukan bahwa Sisi merupakan sosok pria yang kuat dalam memerangi teror. Hal ini merujuk pada berbagai aksi teror yang terjadi menyusul penggulingan Mursi.
Dalam pemilu ini, Sisi hanya memiliki satu lawan tanding, yakni Hamdeen Sabbahi. Dilansir dari Daily News Egypt, kampanye Sabahi mulai dilakukan di daerah Assiut. Ia pun menyoroti berbagai hal dalam kampanyenya, termasuk kebijakan luar negeri dan pemberantasan korupsi.
"Kebijakan saya jelas. Setiap individu memiliki hak untuk mengekspresikan pendapatnya secara bebas dan damai, tak masalah apa pun itu, dan saya akan membelanya," katanya.
Namun, ia menegaskan, siapa pun yang menggunakan kekerasan akan dilawan menggunakan kekerasan juga. "Kami akan memberantas segala bentuk terorisme dalam semua hal".
Ia pun mengatakan, kebijakan rezim militer saat ini sama dengan yang diterapkan Presiden Husni Mubarak. "Tujuan kami adalah untuk mendapatkan kepercayaan rakyat dalam merubah kebijakan yang penuh dengan korupsi, tirani, dan kemiskinan," katanya.
Sebelumnya, Komisi Pemilu Presiden (PEC) menyebutkan, Sabahy telah melanggar peraturan kampanye dengan mengumumkan program partainya dalam konferensi pers beberapa hari sebelum kampanye resmi dimulai.
PEC mengatakan akan mempertimbangkan langkah hukum untuk pelanggaran ini. Akibatnya, kampanye Sabahy yang telah dijadwalkan dilakukan di Mahalla pada hari buruh kemarin, terpaksa harus ditunda.