Ahad 04 May 2014 18:48 WIB

Feri Sewol Dilaporkan Sering Alami Kelebihan Beban

Rep: c66/ Red: Mansyur Faqih
Anggota keluarga korban tragedi feri Sewol berdoa sambil menunggu kabar di Jindo, Selasa (22/4)
Foto: AP
Anggota keluarga korban tragedi feri Sewol berdoa sambil menunggu kabar di Jindo, Selasa (22/4)

REPUBLIKA.CO.ID, INCHEON -- Kapal feri Sewol dilaporkan kerap alami kelebihan muatan dalam setiap perjalanan yang dilakukan. Sebuah dokumen menunjukan, dalam 246 kali perjalanan, mereka selalu membawa penumpang dalam keadaan tidak aman. Karena muatan kargo yang lebih dari batas maksimal.

AP melaporkan, dokumen tersebut juga mengungkapkan, kapal feri Sewol kerap membawa ratusan penumpang dalam keadaan tidak aman selama 13 bulan sebelum tenggelam. Pada perjalanan terakhirnya, kapal feri Sewol diduga telah jauh melampaui batas muatan barang dari yang sebelumnya ada.

Kurang ketatnya pantauan keamanan pada kapal penumpang domestik juga memiliki andil besar dalam bencana tenggelamnya feri Sewol. Aturan mengenai muatan pada kapal penumpang domestik disebut tidak seketat kapal yang khusus melayani jasa pengiriman barang.

Kapal penumpang domestik di Korea Selatan tidak diwajibkan untuk melaporkan beban muatannya pada The Korean Register of shipping (KR). Ini merupakan lembaga yang melakukan verikasi serta sertifikasi pengiriman barang melalui laut. Selama ini, feri Sewol diduga memanfaat kelemahan itu dan tidak pernah melaporkan jumlah muatannya.

Pihak KR berkilah dan mengatakan, telah memberi aturan mengenai batas muatan kargo di kapal feri Sewol, awal tahun lalu. Kapal feri Sewol yang dirancang untuk menangani lebih banyak penumpang, diberikan muatan kargo lebih sedikit. Hanya 987 ton jumlah kargo yang diizinkan pada kapal feri Sewol. Jumlah itu setengah dari yang biasanya diperbolehkan.

Namun, KR diketahui hanya memberi laporannya pada perusahaan pemilik kapal, Chonghaejin Marine. "Ini adalah kesalahan fatal, terdapat banyak celah bagi kapal feri Sewol untuk membela diri," ujar Lee Kyu Yeul, professor di Departemen Arsitektur dan Teknik Kelautan Universitas Seoul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement