Senin 05 May 2014 12:48 WIB

220 Pelaut Muda Australia Diduga Jadi Korban Perkosaan

Korban perkosaan (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Korban perkosaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY-- Sebanyak 220 pelaut muda yang masih tergolong anak-anak di markas pelatihan Angkatan Laut Australia diduga mengalami kekerasan seksual termasuk perkosaan pada 1980-an, dan surat pengaduan mengenai masalah tersebut dilayangkan ke parlemen, demikian dilaporkan, Senin.

Penyelidik Kekerasan di militer Australia telah menerima 2.400 pengaduan, tetapi permintaan penyelidikan yang mengejutkan atas kejadian di HMAS Leeuwin, Australia Barat pada 1980-an ini merupakan laporan terpisah lainnya, demikian media Australia melaporkan.

Selain itu juga akan ada laporan terpisah mengenai pengaduan lebih dari 70 kadet muda pada Akademi Pertahanan Australia di Canberra yang mengalami kekerasan seksual dan bentuk kekerasan lain.

Australia mendirikan Satuan Tugas Tanggap Pertahanan Pelecehan pada 2012 untuk menampung pengaduan-pengaduan setelah penyelidikan merinci ada ratusan pengaduan kekerasan seksual sejak 1950an hingga saat ini.

Kepala satgas, seorang pensiunan hakim, Len Roberts-Smith sebelumnya menggambarkan sejumlah kisah mengerikan dan mengatakan kepada media The Australian bahwa ia akan menunggu hingga seluruh penyelidikan selesai dilakukan sebelum memutuskan apakah akan merekomendasikan masalah ini ke Royal Commission, badan penyelidik hukum di negara persemakmuran.

"Kami mendapati ada banyak orang yang tidak ingin dibuka di muka umum serta yang sangat gelisah mengenai kemungkinan identitasnya akan terungkap," katanya.

Satgas itu menerima 227 pengaduan pribadi atas dugaan perundungan di HMAS Leeuwin termasuk kemungkinan dijahili oleh para seniornya yang dilakukan untuk membentuk hirarki tidak resmi. Penyelidikan awal menunjukkan dugaan calon pelaut berusia 15-16 tahun yang mengalami kekerasan fisik, pelecehan seksual dan kekerasan seksual, menurut surat kabar.

Dalam tahun-tahun belakangan ini militer Australia diguncang dengan dugaan kekerasan seksual dan perlakuan keji termasuk skandal pengiriman gambar video mesum. Pemerintah akhirnya meminta maaf terhadap para korban.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement