REPUBLIKA.CO.ID, ISMAILIA -- Pihak berwenang Mesir tengah menyelidiki kemungkinan seorang wanita 60 tahun yang meninggal di kota Port Said, mengidap Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS).
Jika terbukti ia terinfeksi, ini akan menjadi kasus kematian pertama di Mesir akibat virus MERS.
Wanita tersebut baru saja kembali dari ibadah haji di Arab Saudi, di mana MERS coronavirus mulai terdeteksi pada 2012, kata pejabat Kementerian Kesehatan setempat Helmi el-Efni di kota di Terusan Suez itu, Senin.
MERS coronavirus berasal dari keluarga yang sama dengan virus SARS yang telah menewaskan sekitar 800 orang di seluruh dunia setelah kemunculan pertamanya di Tiongkok pada 2002. MERS menimbulkan gejala batuk, demam, dan pneumonia.
Pihak berwenang pekan lalu melaporkan kasus MERS pertama di Mesir, seorang lelaki yang baru saja tiba dari Arab Saudi dan dirawat di sebuah rumah sakit di Kairo.
Tidak ada vaksin atau obat anti-virus untuk MERS namun otoritas kesehatan dunia maupun Arab Saudi mengatakan virus ini tidak dengan mudah berpindah antar-manusia dan mudah dimatikan.
Para pakar mengatakan binatang yang kemungkinan besar menjadi inang, dari mana kasus baru menjadi terinfeksi, adalah populasi unta di Arab Saudi.
Arab Saudi mencatat 411 kasus infeksi dengan 112 kematian, kata Kementerian Kesehatan, Sabtu.