REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sedikitnya dua orang dan sejumlah empat penyerang menghunus pisau panjang dan melukai enam orang dalam sebuah serangan di sebelah selatan kota Guangzhou, Cina pada Selasa, polisi dan media pemerintah menyatakan, rangkaian serangan terakhir itu telah meningkatkan penggunaan bis umum di negeri itu.
Polisi tidak membeberkan alasan serangan itu, namun kegelisahan Cina terhadap militansi Islami telah meningkat sejak sebuah mobil meledak dan terbakar di tepi Lapangan Tiananmen, Beijing, pada Oktober dan 29 orang ditusuk hingga meninggal dunia pada Maret di sebelah barat daya Kunming.
Pemerintah menuduh militan dari wilayah barat jauh Xinjiang yang sedang bergolak untuk dua serangan itu. Xinjiang yang lokasinya strategis dan kaya dengan sumber daya alam, di perbatasan Asia Tengah, telah dilanda kekerasan selama empat tahun. Pemerintah Cina menuduh militan Islamis sebagai pelakunya
Polisi Guangzhou "tiba dengan cepat di tempat kejadian" pada Selasa dan menembak seorang penyerang. Harian resmi Nanfang menyatakan tersangka lainnya telah ditangkap polisi setelah melarikan diri.
"Setelah peringatan lisan tidak efektif, polisi menembak, memukul seorang tersangka pria yang sedang memegang pisau, dan menundukkannya," tutur polisi Guangzhou pada blog resmi, dikutip dari Reuters. Namun, para penyerang tidak diidentifikasi.
Televisi provinsi menayangkan gambar-gambar tentang apa yang disebut sebagai seorang tersangka yang dianggap terluka dan ditundukkan oleh polisi serta pakaiannya dilucuti dan diamankan, setelah mereka melepas kaus putih yang berlumuran darah. Wajah pelaku tidak terlihat jelas.
Dalam sebuah mikro blog di Koran kota Jurnal Guangzhou dituliskan tentang para penyerang yang membawa pisau berukuran setengah meter (20 inci), memakai pakaian putih, termasuk topi putih, dan menunjukkan kekerasan kepada para penumpang yang keluar dari stasiun.