Kamis 08 May 2014 07:10 WIB

Rusia Minta Separatis Ukraina Menahan Diri

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Didi Purwadi
 Milisi pro-Rusia bersenjata lengkap berjaga di jalan raya di kota Lugansk, Ukraina, Selasa (29/4).
Foto: EPA/Zurab Kurtsikidze
Milisi pro-Rusia bersenjata lengkap berjaga di jalan raya di kota Lugansk, Ukraina, Selasa (29/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, meminta separatis pro-Kremlin untuk menunda pelaksanaan referendum akhir pekan ini.

Pelaksanaan referendum oleh kelompok separatis yang ada di Ukraina Tenggara dilakukan untuk menentukan arah mereka. Khususnya mengenai rencana kemerdekaan atau meminta otonomi yang lebih luas.

Dikutip dari Al Jazirah pada Rabu (8/5), Putin menyatakan hal tersebut setelah bertemu dengan Presiden Swiss dan Kepala Organisasi untuk Keamanan dan Kooperasi di Eropa (OSCE), Didier Burkhalter, Rabu kemarin.

''Kami meminta perwakilan dari Tenggara menunda referendum yang akan dilaksanakan 11 Mei,'' tutur Putin.

Hal ini, menurut Putin, untuk menciptakan kondisi yang lebih baik guna memulai dialog. Setelah mendengar itu, aktivis Pro Rusia menyampaikan akan mendiskusikan permintaan tersebut. Keputusan akan dilakukan setelah ada pertemuan dengan seluruh perwakilan pada Kamis ini.

Kelompok Pro Rusia sebelumnya mengumumkan akan menggelar jajak pendapat mengenai pemisahan diri dari Ukraina. Mereka kini telah menguasai gedung-gedung pemerintah di Donetsk dan Lugansk.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengingatkan Moskow kembali mengenai sanksi berat kepada mereka.

Sebuah sanksi yang bisa mengganggu ekonomi Rusia jika negara itu mencoba mengganggu jalannya Pemilihan Presiden Ukraina.

AS dan Uni Eropa sebenarnya telah memberlakukan sanksi terbatas pada beberapa warga Rusia dan perusahaan kecil. Hanya saja AS dan Uni Eropa masih menahan diri untuk tak menekan beberapa sektor penting Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement