REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin meminta massa pendukung Ukraina menangguhkan referendum yang akan digelar di sejumlah kota. Permintaan itu disampaikan lima hari menjelang referendum yang dikhawatirkan akan memicu kekerasan.
"Kami menyerukan kepada para wakil di tenggara Ukraina, pendukung federalisasi di negara tersebut, untuk menunda referendum yang rencananya akan digelar pada 11 Mei," kata Putin setelah bertemu dengan kepala Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE).
Langkah itu merupakan sinyal pertama bagi Rusia untuk tidak mendukung referendum yang akan digelar pada Ahad oleh para pemberontak pendukung Rusia. Mereka tengah berupaya untuk mencari kemerdekaan bagi dua provinsi di Ukraina timur dan juga telah menyiapkan surat suara.
Putin juga mengumumkan telah menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina. Dengan langkahnya itu, ia pun berharap dapat memberikan peluang adanya dialog antara pemerintah Ukraina dan para separatis.
"Kami selalu diberitahu bahwa pasukan kami di perbatasan Ukraina sangat mengkhawatirkan. Kami telah menarik mereka. Dan sekarang mereka tidak lagi berada di perbatasan Ukraina, mereka tengah berada di tempat di mana mereka biasanya melakukan tugas pelatihan regulernya," jelas Putin.
Menanggapi pemilu presiden, Putin juga menyatakan dukungannya terhadap Ukraina. "Saya ingin menekankan bahwa mereka mengambil langkah yang benar (pemilu Ukraina). Namun, mereka tidak akan memutuskan apa-apa jika warga Ukraina tidak yakin apakah haknya akan dilindungi setelah pemilu digelar," katanya.
Menanggapi permintaan Putin, pemimpin separatis pendukung Rusia mengaku akan mempertimbangkan penangguhan referendum dalam rapat ‘Majelis Rakyat’ pada Kamis. "Kami sangat menghormati Presiden Putin. Jika menurutnya perlu untuk menangguhkan referendum, kami akan membahasnya," kata Denis Pushilin di Donetsk.
Sebaliknya, NATO, Pentagon, serta Gedung Putih menyatakan belum melihat adanya tanda-tanda penarikan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina. Di perbatasan Ukraina, Rusia telah mengerahkan puluhan ribu pasukannya yang bersiap-siap untuk melindungi hak warga etnis Rusia.
Saat mengunjungi Polandia, Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan, Rusia seharusnya melaksanakan komitmen internasional serta berhenti mendukung separatis. "Rusia juga seharusnya menarik pasukannya dari perbatasan, sehingga solusi politik dapat dilaksanakan," katanya.