Jumat 09 May 2014 19:52 WIB

Kisah Penjagal Halal di Pedalaman Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Abdul Mohammad Azis telah lebih dari 60 tahun menjadi tukanng jagal di rumah potong hewan halal di pedalaman Queensland, Australia. Pria berusia 82 tahun ini mulai menjalankan aktivitasnya itu sejak 16 tahun silam.

Abdul Mohammad Aziz menyembelih hewan pertamanya pada usia 16 tahun. Dia hanya mencontoh apa yang dilakukan ayahnya di pejagalan hewan selama bertahun-tahun. Saat Abdul muda sudah cukup umur untuk mengemudi,  tiba waktunya bagi dia untuk menyembelih.

"Bagi saya, sama sekali tidak menakutkan lagi. Saat saya mulai melakukannya... kami hanya komunitas kecildan ayah hanya menyembelih seekor sapi jantan setiap minggu."

"Saya biasa melihat ayah, bagaimana ia melakukannya, kemudian ia menyaksikan beberapa kali saat saya melakukan dan hal itu sama sekali tidak mengganggu saya."

"(Menyembelih) merupakan sesuatu yang harus saya lakukan, dan saya melakukannya."

Saat ini, Abdul Aziz tetap aktif terlibat dalam pemotongan sapi secara halal, atas nama komunitas Muslim, di pedalaman Queensland Selatan. Setiap 6 hingga 8 minggu, ia berkunjung ke daerah Atherton, di sebelah barat Cairns, untuk memastikan proses pemotongan hewan sesuai dengan hukum Islam.

Shalat merupan ritual sehari-hari imam berusia 82 tahun ini.

Namun, pada kesempatan kali ini, ia bangun lebih awal, supaya bisa shalat subuh dan tiba tepat waktu di pejagalan.

"Sebenarnya kita meminta izin kepada Tuhan untuk menyembelih hewan milk-Nya. Ini hanya doa sederhana, yang artinya dengan nama Allah, dan Allah maha besar. Itu saja," katanya, belum lama ini.

'Sebelum kita memotong lehernya, kita harus mengucapkanya kata-kata itu," tambahnya.

Menurut keyakinan Muslim, sebelum hewan bisa dimakan, penyembelihannya harus sesuai dengan tatacara tertentu.

Abdul Aziz dan karib lamanya, Abdul 'Roy' Raheem Ali sedang bersiap-siap untuk penyembelihan ini.

"Kita punya kewajiban untuk baik," Roy menyejelaskan. "Bahkan pada hari saat kita akan menyembelih. Halal tidak semata berarti memotong leher".

"Itu (halal) berarti saat menangani hewan-hewan, anda harus penuh kasih sayang kepada mereka dan pastikan menyembelihnya dibuat semudah mungkin bagi mereka," tambahnya.

Jalan menuju pejagalan Rocky Creek sudah familiar bagi sang imam, yang sudah mengawasi proses dan mendoakan hewan-hewan sebelum disembelih selama 66 tahun.

Di tempat penyembelihan, 16 sapi mengantri dengan tenang, seperti tidak sadar dengan nasibnya, dan sang Imam percaya diri dengan proses yang harus ia

"Sapi-sapi tidak terlalu kesakitan selama proses yang halal. Mereka bebas jalan-jalan di talang, setiap sapi jantan kemudian terhimpit (di talang) tersebut , dipukul dengan pukulan yang membuatnya tidak sadar, perlu waktu sekitar 20 menit untuk memotong lehernya...dan seluruh darahnya keluar," jelas Azis.

Seseorang yang tidak pernah jauh dari ruang produksi adalah manajer Victor Byrnes, yang keluarganya sudah menjalankan pejagalan dan toko daging sejak 1960an.

Victor mengatakan salah satu keuntungan fasilitas proses yang dimiliki orang lokal  adalah lebih fleksible terhadap kebutuhan konsumen, termasuk komunitas Muslim.

"Sebetulnya persyaratannya sama saja terhadap seluruh konsumen kami bahwa kami tetap mempertahankan kebersihan. Kami bekerja dengan ukuran dari Safe Food Queensland dan kami juga taat pada kebijakan perusahaan kami," katanya.

"Selama proses halal berlangsung, kami melakukannya di pagi hari, karena lokasi masih bersih, pisau dan seluruh perlengkapan belum tersentuh produk yang tidak diberkati...kami hanya bekerja dengan Abdul, pada saat ia mendokan setiap hewan," papar Victor.

Menurut dia, ini hanya masalah bagaimana memastikan bahwa bisnis sehari-hari tetap berlangsung dengan tenang dan dengan meminimalisir stress bagi hewan-hewan.

"Hewan-hewan lebih mudah ditangani akhir-akhir ini dan kami menemukan hewan-hewan menjadi lebih tenang dan padahal dulu mereka sedikit gaduh, sehingga mereka merasa tidak terganggu ketika datang ke pejagalan," ujarnya.

Jelas terlihat rasa tanggung jawab kepada produsen, konsumen dan hewan. 'Ini merupakan proses yang sulit," Victor Bryrnes mengakui.

Dikatakan, produsen sendiri menghabiskan dua hingga tiga tahun untuk membesarkan hewan-hewan, sehingga (produsen) memiliki kedekatan dengan mereka dan kita lihat saat kita datang ke tempat penyembelihan, ini bisa menjadi sulit.

"Tapi teruskan saja dan lakukan sebaik mungkin," ucapnya.

Tampak jelas dari reaksinya ketika muncul berita kekejaman kepada hewan-hewan dari Australia di luar negeri, umumnya di negara-negara Muslim, muncul rasa  jijik dari diri Imam Aziz.

Kekejaman kepada hewan tidak ada tempatnya dalam keyakinannya, ia berkata penuh empati. "Saya sangat benci saat melihat beberapa hal tersebut di televisi. 'Mereka mengabaikan aturan Islam, bahkan hingga (aturan) sebaiknya tidak mengasah pisau di depan hewan yang masih hidup," kata Azis.

Ia menambahkan, "Merupakan kesalahan dengan mengikat hewan-hewan tersebut dalam jangka waktu yang lama sebelum menyembelihnya, mereka harus bebas dan pada saat terakhir, ikat, potong dia, dan tuntaskan sesingkat mungkin".

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement