REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas membahas perkembangan belum lama ini dalam proses perdamaian Israel-Palestina dengan penasehat keamanan nasional AS Susan Rice.
"Selama pertemuan di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, Abbas dan Rice membahas proses perdamaian yang terputus-putus dan keputusan Israel untuk membekukan pembicaraan perdamaian yang diperantarai AS," kata Juru Bicara Abbas, Nabil Abu Rdeineh, kepada kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Abbas menekankan perlunya untuk membebaskan kelompok terakhir orang Palestina yang lama ditahan oleh Israel sebagaimana telah disepakati. Abu Rdeineh mengungkapkan Rice juga telah membahas kemungkinan menghidupkan kembali perundingan perdamaian antara Palestina dan Israel, yang secara resmi berakhir pada April.
Abbas kembali menyampaikan komitmen Palestina bagi pembicaraan perdamaian serius yang akan menghasilkan negara Palestina Merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Pembicaraan perdamaian sembilan-bulan yang diperantarai AS berakhir pada 29 April, tanpa menghasilkan kemajuan nyata.
Selama masa pembahasan, AS telah berusaha membuat kedua pihak menyepakati rencana kerangka kerja yang akan mengarah kepada perundingan status akhir guna mengakhiri konflik yang berlarut-larut tersebut. Abu Rdeineh mengatakan Abbas telah menekankan bahwa perujukan Palestina adalah kepentingan nasional yang akan menyatukan semua rakyat Palestina.
Pada penghujung April, kelompok Palestina yang bertikai, Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) dan Fatah, pimpinan Abbas mengumumkan kesepakatan perujukan guna mengakhiri pertikaian politik antarfaksi Palestina yang meletus ketika HAMAS mengambil-alih Jalur Gaza pada Juni.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, yang ditentang oleh Israel, Abbas akan memulai pembahasan untuk membentuk pemerintah persatuan dalam wakut lima pekan dan menyerukan pemilihan umum enam bulan setelah pembentukan pemerintah baru.