Jumat 09 May 2014 18:44 WIB

Memberangus Boko Haram Bukan Solusi Tepat

Rep: Elba Damhuri/ Red: Julkifli Marbun
Kelompok yang diduga menamakan dirinya Boko Haram
Foto: VOA
Kelompok yang diduga menamakan dirinya Boko Haram

 REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Membunuh kelompok Boko Haram dianggap bukan solusi tepat untuk menyelesaikan masalah kekerasan di Nigeria. Richard Dowden, direktur the Royal African Society, mengatakan AS dan Nigeria harus menggunakan jalan damai untuk memecahkan masalah ini.

"Intervensi militer atas Boko Haram hanya menyelesaikan masalah untuk jangka pendek, sama sekali tidak untuk jangka panjang," kata Dowden seperti dikutip CNN, Jumat (9/5).

Masalah Boko Haram, jelas dia, tidak lepas dari persoalan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan agama di tanah kelahiran grup militan ini, yakni di Bornu. Wilayah di Nigeria utara itu merupakan tempat paling miskin dan kering yang ada di bumi ini.

Dowden menyarankan agar AS dan Nigeria melakukan pendekatan yang lebih manusiawi, melindungi, dan memberikan harapan akan masa depan lebih cerah bagi warga Bornu. Boko Haram mendapat dukungan penuh warga Bornu karena mereka tidak mendapat apa-apa dari pemerintah di Abuja, Ibu Kota Nigeria.

Pemerintah AS dan Nigeria, saran Dowden, harus memberikan perlakuan yang sama seperti mereka memperlakukan rakyat Nigeria lainnya. Pendidikan harus diutamakan, kesehatan harus dijamin, dan kesejahteraan rakyat Bornu harus mendapat tempat utama.

"Jika tidak, Boko Haram tetap akan mendapat dukungan mereka," kata Dowden. Jika masalah kemiskinan ini bisa diselesaikan, Dowden yakin secara pelan-pelan tapi pasti aksi-aksi kekerasan Boko Haram tidak akan mendapat dukungan lagi.

Boko Haram sudah eksis sejak 2002 dan mendapat perhatian Abuja setelah aksi-aksi keras mereka. Boko Haram berarti "penolakan atas pendidikan Barat" dan terus menyerang siswa, guru, sekolah, dan warga sipil lainnya.

Di Nigeria, mereka dijuluki sebagai Taliban Nigeria. Terakhir, Boko Haram menculik 276 murid perempuan dari sekolah asrama di Nigeria utara. Kebanyakan dari murid itu beragama Kristen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement