REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Pemerintah Myanmar melakukan persiapan akhir untuk menyambut para pemimpin Asia Tenggara, Sabtu, saat Nay Pyi Taw menjadi tuan rumah pertemuan puncak negara Asia Tenggara.
Myanmar untuk pertama kali menjadi tuan rumah KTT ASEAN sejak negara itu bergabung dengan perhimpunan itu pada 1997.
Pertemuan tingkat pemimpin negara Asia Tenggara itu diawali dengan jamuan santap malam, yang diselenggarakan Presiden Myanmar Thein Sein dan Ibu negara Daw Khin Khin Win, untuk menyambut timpalannya di kawasan tersebut.
Sebagai pemimpin ASEAN tahun ini, Presiden Thein Sein akan memimpin pertemuan di tingkat pemimpin ASEAN, termasuk pertemuan pemimpin ASEAN dengan Dewan Inter-Parlemen ASEAN, masyarakat dan angkatan muda ASEAN.
Pertemuan puncak ke-24 ASEAN itu terutama akan membahas kesiapan anggota ASEAN menuju Masyarakat ASEAN 2015.
Pertemuan puncak di Myanmar itu, yang mengusung tema "Maju dalam Kesatuan Menuju Masyarakat Damai dan Sejahtera", akan melanjutkan hasil temu puncak di Brunei pada 2013, saat pemimpin ASEAN menekankan keperluan menyusun visi ASEAN pasca-2015.
Khusus untuk menggelar pertemuan tersebut, Myanmar membangun kompleks pertemuan baru, Balai Sidang Antarbangsa Myanmar (MICC) di pusat kota Nay Pyi Taw.
Polisi Myanmar secara teratur melakukan patroli dan penjagaan di sekitar kompleks pertemuan itu, yang dikelilingi hotel berbintang tempat pemimpin ASEAN menginap selama temu puncak 10-11 Mei 2014 tersebut.
Pemeriksaan jatidiri terhadap yang keluar-masuk tempat itu dilakukan di setiap pintu dan di beberapa pintu utama, bahkan juga dilakukan pemeriksaan oleh anjing polisi. Sementara itu, bendera negara Asia Tenggara dan logo ASEAN terdapat di setiap sudut kompleks MICC.
Kota Nay Pyi Taw terletak sekitar 320 kilometer di utara Yangon. Perjalanan menuju Nay Pyi Taw dapat ditempuh melalui jalan darat sekitar empat jam dari Yangon melalui jalan utama, yang terdiri atas delapan jalur mobil.
Nay Pyi Taw, kota ketiga terbesar di Myanmar setelah Yangon dan Mandalay, ditetapkan sebagai ibu kota Myanmar pada Maret 2006. Namun, pembangunan di kota itu dikabarkan dimulai pada 2002.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal ASEAN Le Luong Minh secara khusus menyampaikan keyakinannya atas kemampuan Myanmar memimpin ASEAN, terutama pada saat genting menjelang tenggat pencapaian Masyarakat ASEAN 2015.
"Kepemimpinan Myanmar muncul di tengah perubahan berlanjut negara itu menuju negara demokrasi dan perubahan, yang memperoleh dukungan kuat anggota ASEAN dan masyarakat dunia secara umum," kata Minh.
Kepemimpinan Myanmar memperoleh dukungan kuat anggota ASEAN sekalipun pada mulanya sempat muncul sejumlah keberatan dari beberapa unsur di dunia antarbangsa.
"ASEAN bertekad memberikan seluruh bantuan dan kerja sama untuk memastikan keberhasilan kepemimpinan Myanmar. Keberhasilan Myanmar adalah keberhasilan ASEAN," katanya.