REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Para Menteri Luar Negeri Se- Asia Tenggara (ASEAN) menyatakan keprihatinan serius terkait perkembangan di Laut China Selatan (LCS) yang telah meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
Dalam pernyataan bersamanya seusai Pertemuan Menlu ASEAN yang mengawali Pertemuan Puncak ke-24 ASEAN di Nay Pyi Taw, seperti dikutip reuters, para Menlu ASEAN mendesak seluruh pihak yang terlibat --selaras dengan prinsip-prinsip hukum internasional yang diakui secara universal, termasuk Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982.
Semua pihak yang terlibat juga diminta untuk menahan diri dan menghindari setiap aksi yang dapat mengganggu perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Mereka juga menyerukan seluruh pihak yang terlibat dalam DOC untuk menjalankan DOC sepenuhnya dan secara efektif guna menciptakan lingkungan yang penuh kepercayaan di kawasan. Mereka menekankan keperluan untuk bekerja bersama menyelesaikan pembahasan Tata Aturan di Laut China Selatan (Code of Conduct/COC).
Pekan ini, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Ban Ki-moon menyerukan Cina dan Vietnam untuk menahan diri dalam kasus Laut China Selatan merujuk pada peningkatan ketegangan antara negara komunis bertetangga itu sejak Beijing secara sepihak mengumumkan akan memindahkan anjungan pengeboran minyak ke dalam perairan yang disengketakan.
Selama beberapa hari terakhir, daerah di sekitar sumur pengeboran lepas pantai itu telah menjadi saksi beberapa tabrakan antara kapal Tiongkok dan Vietnam, dengan masing-masing pihak menyalahkan yang lainnya.
Sementara itu sejumlah marinir Amerika Serikat dan Filipina memulai pelatihan perang di satu pantai Laut China Selatan wilayah negara itu Jumat (9/5) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tempur mereka. Pelatihan itu dilakukan saat ketegangan meningkat antara Filipina dan Tiongkok mengenai saling klaim atas perairan strategis itu.
Filipina pada 30 Maret mengajukan satu protes resmi yang meminta pengadilan arbitrase PBB mengumumkan sebagai ilegal apa yang disebut Manila sebagai ilegal klaim Beijing atas 70 persen Laut China Selatan. Dasar laut di daerah itu diperkirakan memiliki cadangan besar minyak dan gas dan perairan itu merupakan jalur pelayaran penting.