Sabtu 10 May 2014 23:53 WIB

Malala Imbau Boko Haram Pelajari Islam

Rep: c78/ Red: Fernan Rahadi
Malala Yousufzai di sampul Majalah Time
Foto: TIME.COM
Malala Yousufzai di sampul Majalah Time

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Aktivis perempuan muda yang memperjuangkan perdamaian asal pakistan, Malala Yousafzai, mengimbau agar Boko Haram Nigeria segera mempelajari Islam. Ia menilai, kelompok ekstrem tersebut menyalahgunakan nama agama dengan menculik lebih dari 200 siswi sekolah.

“Saya pikir, mereka belum pernah mempelajari Islam, mereka belum mempelajari Alquran, dan mereka harus pergi dan kembali mengkaji Islam,” kata perempuan muda berusia 16 tahun tersebut kepada CNN.

Malala tak habis pikir mengenai alasan penculikan yang dilakukan Boko Haram. Seharusnya kelompok tersebut berpikir jika saja saudara perempuan mereka mengalami hal serupa. “Bagaimana jika seorang saudara perempuan mereka dipenjarakan dan diperlakukan tidak baik?” kata dia, menanggapi Boko haram yang dikabarkan akan menjual siswi-siswi tersebut menjadi budak.

Penculikan yang terjadi tiga minggu yang lalu oleh kelompok ekstrem Boko Haram mengundang perhatian sekaligus kecaman dari dunia Internasional. Kemarahan Muslim memuncak ketika pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau mengaku telah menculik perempuan, dalam tayangan video yang diperoleh dari Agence France Presse (AFP) pada 5 Mei lalu.

Dalam video tersebut, Boko Haram mengancam untuk menjual para siswi yang diculik menjadi budak. Malala menambahkan, kelompok ekstrem tersebut benar-benar telah menyalahgunakan nama Islam. Sebab pada dasarnya, Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian.

Agustus 2013 lalu, Malala meraih Hadiah Nobel Perdamaian atas dedikasinya dalam mempromosikan pendidikan. Dianggap sebagai simbol anak perempuan yang memperjuangkan pendidikan, malala mencuri perhatian dunia pada October 2012 setelah berani menantang Taliban sejak usia 11 tahun.

Gadis yang sempat diancam untuk dibunuh tersebut telah menjadi tokoh global hak-hak anak perempuan atas pendidikan sekaligus simbol perlawanan terhadap pembodohan, kemiskinan, dan terorisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement