REPUBLIKA.CO.ID, NAYPIDAW -- Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Sabtu (10/5), menyatakan cemas atas ketegangan yang meningkat setelah Vietnam dan Filipina siap bentrok dengan Beijing di perairan yang disengketakan.
Para menteri luar negeri ASEAN "menyatakan sangat cemas atas perkembangan sekarang" di laut itu di mana terjadi klaim yang tumpang tindih, sehari menjelang KTT para pemimpin kelompok itu di Naypyidaw.
Ketegangan di Laut Cina Selatan meningkat pekan ini setelah Beijing memindahkan satu anjungan pengebor minyak di perairan yang juga diklaim Hanoi, memicu konflik di mana Vietnam mengatakan kapal-kapalnya diserang. Insiden itu mengundang satu pernyataan keccemasan dari PBB.
Manila, yang meminta satu pengadilan PBB menetapkan mengenai klaim-klaim Cina atas sebagian besar laut itu, juga menahan satu kapal penangkap ikan Tiongkok di perairan yang disengketakan itu.
Para menlu ASEAN mendesak "semua pihak yang terlibat mengekang diri dan menghindarkan aksi-aksi yang dapat merusak perdamaian dan stabilitas di daerah itu ," kata satu pernyataan yang dikeluarkan Sabtu.
Pernyataan itu juga menyerukan negara-negara yang mengklaim "menyelesaikan sengketa-sengketa mereka melalui cara-cara damai tanpa melakukan ancaman atau menggunakan kekuatan militer".
Menlu Indonesia Marty Natalegawa mengatakan petemuan para menlu itu didominasi pertikaian-pertikaian maritim. Cina dan Vietnam yang sempat perang perbatasan tahun 1979, terlibat dalam satu sengketa perairan dan sering saling konflik dilomatik menyangkut eksplorasi minyak, hak penangkapan ikan dan kepulauan-kepulauan Spratly dan Paracel.
Beijing mengklaim hak kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan ,yang diperkirakan memiliki deposit-deposit besar minyak dan gas.
Filipina dan Vietnam adalah pengeritik paling keras terhadap klaim-klaim Cina di antara 10 anggota ASEAN.
Tetapi Laut Cina Selatan juga diklaim sebagian oleh negara-negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Malaysia dan Filipina serta Taiwan.
Natalegawa mengatakan pernyataan ASEAN itu bertujuan "untuk mendukung penyelesaian sengketa-sengketa itu melalui jalan damai".
Menlu Singapura K Shanmugam mengatakan ASEAN tidak ingin berpihak.
Tetapi ia mengakatan jika blok itu tetap bungkam,"Saya kira keinginan kita untuk memainkan peran sentral, keinginan kita untuk bersatu, keinginan kita untuk menjadikan satu kawasan yang damai-- semua ini dan integritas diri ASEAN Saya kita akan hancur".
ASEAN mengalami pukulan berat bagi kredibilitasnya tahun 2012 saat Kamboja memimpin blok itu ketika para menlu gagal mengeluarkan satu pernyataan bersama untuk pertama kali dalam sejarah blok itu karena perbedaan yang dalam mengenai masalah Laut Cina Selatan.
Filipina saat itu menyalahkan Kamboja, sekutu penting Tiongkok atas kegagalan itu.
Sumber-sumber diplomatik mengataan pernyataan Sabtu itu mengabaikan referensi pada insiden-insiden khusus demi mencapai konsensus dari semua negara anggota ASEAN.
Menlu Kamboja Hor Namhong mengemukakan kepada wartawan bahwa dalam mengeluarkan satu pernyataan, ASEAN ingin melihat Vietnam, Cina dan negara-negara lainnya menyelesaikan sengketa itu secara damai.