REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Pertemuan Puncak (KTT) Ke-24 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, Ahad pagi, secara resmi dibuka oleh Ketua ASEAN, Presiden Myanmar Thein Sein, di Myanmar International Convention Center (MICC), Nay Pyi Taw.
Acara pembukaan pertemuan puncak yang akan berlangsung selama sehari penuh itu diawali dengan penyambutan para pemimpin ASEAN dan pendampingnya oleh Presiden Myanmar dan Ibu Negara Daw Khin Khin Win di lobi utama MICC.
Pasangan nomor satu di Myanmar itu terlihat mengenakan pakaian nasional negaranya, yaitu sarung berwarna emas dan kemeja putih saat satu per satu menyambut dan melakukan sesi foto dengan para timpalannya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengenakan setelan jas hitam dan dasi biru tiba didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono yang mengenakan kebaya berwarna biru dan kain batik berwarna cokelat tua. Pasangan itu tiba setelah Perdana Menteri Kamboja Hun Sen yang datang tanpa pendamping.
Acara pembukaan yang diselenggarakan di Jade Hall yang terletak di lantai dua MICC diawali oleh Lagu ASEAN yang dinyanyikan oleh remaja Myanmar yang mengenakan pakaian nasional dari negara-negara Asia Tenggara dan sambutan pembukaan oleh Presiden Thein Sein dalam Bahasa Myanmar, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama para pemimpin ASEAN.
Dalam sesi foto bersama itu Presiden Yudhoyono berada di antara PM Kamboja Hun Sen dan PM Laos Thongsing Thammavong. Sementara itu, para pendamping pemimpin ASEAN duduk dalam panggung terpisah.
Sementara itu, Presiden Myanmar diapit oleh pemimpin ASEAN 2013 Sultan Brunei Hassanal Bolkiah dan calon pemimpin ASEAN 2015 PM Malaysia.
Pada acara pembukaan yang berlangsung selama lebih kurang satu jam itu diputar video keketuaan Myanmar untuk ASEAN dan pertunjukan kebudayaan.
Selama satu hari penuh, para pemimpin ASEAN diharapkan mengikuti sidang pleno ASEAN yang akan membahas kemajuan yang dilakukan negara-negara ASEAN dalam mewujudkan Komunitas ASEAN 2015 dan sidang retreat yang bersifat lebih informal untuk membahas isu-isu yang menjadi perhatian bersama di kawasan dan internasional. Isu mengenai sengketa Laut China Selatan diperkirakan akan menjadi agenda utama pertemuan tersebut.
Sebelumnya, pada hari Sabtu (9/5), para Menteri Luar Negeri ASEAN dalam pernyataan bersama mereka menyatakan keprihatinan serius asosiasi itu terkait perkembangan di Laut China Selatan yang telah meningkatkan ketegangan di kawasan.
Mereka juga menyeru seluruh pihak yang terlibat dalam DOC untuk menjalankan DOC sepenuhnya dan secara efektif guna menciptakan lingkungan yang penuh kepercayaan di kawasan. Mereka menekankan keperluan untuk bekerja bersama menyelesaikan pembahasan Tata Aturan di Laut China Selatan (Code of Conduct/COC).
ASEAN terbentuk pada tahun 1967 beranggota Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Masalah Laut China Selatan telah menjadi pekerjaan rumah lebih satu dasawarsa bagi beberapa negara anggota ASEAN khususnya dan ASEAN pada umumnya.