Ahad 11 May 2014 17:59 WIB

Harga Obat Mahal, Pasien Jarang Tebus Obat Pencegah Asma

Anak dengan asma/ilustrasi
Foto: http://www.harrisonsathome.co.nz
Anak dengan asma/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Empat dari lima pasien asma di Australia tidak menggunakan obat-obatan penyelamat hidup mereka. Sejumlah pakar khawatir kecenderungan ini disebabkan oleh pertimbangan harga obat yang mahal.

Hal ini dibuktikan saat Organisasi Asma Australia menganalisa data dari Skema Subsidi Obat {PBS}. Lembaga ini mendapati 82% resep obat-obatan pencegah asma tidak sepenuhnya ditebus oleh pasien.

Para pakar khawatir alasan kecenderungan tersebut adalah faktor biaya. Obat pencegah asma yang diresepkan dokter biasanya terdiri dari dua jenis. Pasien diharuskan membayar tambahan uang sebesar AUD$70 setiap bulannya.

Lembaga Asma Australia mengatakan survey ini juga menggambarkan kalau banyak pasien asma mengandalkan obat penyemprot ventolin karena harganya lebih murah. Padahal dimata dokter, obat tersebut merupakan cara yang buruk untuk mengelola asma.

Kecenderungan ini juga diduga karena adanya tambahan biaya dalam sistem kesehatan sehingga pasien lebih memilih dirawat di rumah sakit daripada mencegah serangan asmanya.

Dokter pernapasan senior dari Institut Woolcock, Professor Guy Marks mengatakan, bukti menunjukan orang yang membeli obat pencegah asma dengan menggunakan kartu diskon obat. Jumlahnya dua setengah kali lipat banyaknya dibandingkan obat-obatan lain."Ini menunjukan kalau biaya menjadi salah satu kendala terbesar,” katanya.

sumber : abc, radio australia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement