REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand menyusun strategi untuk keluar dari krisis yang dialami. Strategi itu disusun oleh Senat yang didukung oleh masyarakat secara luas.
Ketua Senat Thailand yang baru ditunjuk, Surachai Liengboonlertchai, menyatakan pihaknya tidak tinggal diam menyikapi pemerintahan yang baru saja diganti. Pihaknya akan menyusun rencana aksi mengakhiri krisis di Thailand.
Rencana ini penting menjelang pemilu yang akan digelar pada pertengahan Juli mendatang. Senat adalah institusi utama yang bisa menyelesaikan krisis politik Thailand. "Negeri ini sedang menghadapi krisis terbesar," ucap Surachai sebagaimana diberitakan Reuters, Senin (12/5) malam.
Strategi yang disusun tidak berkaitan dengan penunjukan perdana menteri baru yang netral, sebagaimana diharapkan pemimpin demonstran antipemerintah Suthep Thaugsuban. "Kami akan menyusun rencana aksi untuk mengeluarkan Thailand dari situasi ini," jelas Surachai.
Pascapenggulingan Perdana Menteri, Yingluck Shinawatra, Pemerintah tengah berusaha menyusun rencana menangani krisis politik berkepanjangan.
Yingluck dilengserkan oleh putusan pengadilan konstitusional Thailand, pekan lalu. Wakil perdana menteri yang juga Menteri Perdagangan Niwatthamrong Boonsongphaisan ditunjuk menggantikan Yingluck sementara.
Namun penunjukan Boonsongphaisan ini menuai protes dari oposisi maupun demonstran anti-pemerintah. Boonsongphaisan dinilai sebagai bagian dari pemerintahan kabinet Yingluck yang telah kehilangan legitimasinya.
Mereka menginginkan adanya perdana menteri sementara yang netral. Perdana menteri seperti ini akan mengawasi reformasi pemilu dengan tujuan menjauhkan Yingluck dan kakaknya, mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra dari kekuasaan.