REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang pejabat senior Dana Anak PBB (UNICEF), Selasa (13/5), menyeru masyarakat internasional agar "bangkit" dan membantu mengakhiri sesegera mungkin krisis di Republik Afrika Tengah (CAR) --tempat anak-anak menghadapi kekerasan yang mengerikan.
"Situasi anak-anak di CAR sangat rentan dan tak bisa diramalkan," kata Souleymane Diabate, Wakil UNICEF di CAR, kepada wartawan di Markas PBB di New York.
"Anda pandang mata mereka dan mata itu kosong. Namun bukan cuma kekerasan, itu adalah perbuatan yang membuat cacat, pemotongan, kekejaman mengerikan," katanya.
Menurut data UNICEF, 194 anak telah cacat dan dibunuh sejak Desember 2013, termasuk melalui pemenggalan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Pertempuran di CAR telah berubah menjadi bentuk sektarian setelah kudeta 2012 dan sejak itu telah menjadi makin brutal, sementara laporan beredar mengenai pelanggaran hak asasi manusia dan bentrokan balas dendam antara milisi anti-Balaka (anti-Parang) dan Seleka.
Ratusan ribu orang telah menjadi pengungsi baik di dalam maupun luar negeri, dan 2,2 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan.
"Seluruh warga CAR terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung oleh krisis tersebut, termasuk anak-anak," kata Wakil UNICEF itu. "Itu adalah mimpi buruk, tapi sayangnya itu semua benar-benar nyata."