REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, pada Selasa (13/5) angkat bicara soal perjanjian jual beli dua kapal perang buatan negaranya dengan Rusia. Ia menegaskan bahwa Prancis hingga saat ini masih akan menghormati kesepakatan tersebut dan terus melanjutkan pengiriman kapal mereka ke Moskow.
Fabius menyatakan hal tersebut di tengah desakan dari Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO lainnya untuk menangguhkan penjualan tersebut. AS mengatakan penundaan itu akan menjadi salah satu sikap untuk menunjukan kemarahan global pada apa yang mereka sebut "agresi" Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina.
"Aturan dengan kontrak-kontrak adalah bahwa kontrak yang telah ditandatangani harus dihormati," kata Fabius pada konferensi pers selama kunjungannya dua hari di Washington seperti dikutip AFP, Rabu. "Secara hukum, kita tidak memiliki kemungkinan untuk tidak menghormati mereka."
Ia juga menjelaskan bahwa Rusia telah membayar "lebih dari separuh" biaya yang telah disepakati kedua negara.
Perjanjian jual beli kapal perang itu disepakati pada 2011 dengan nilai 1,2 miliar dolar AS. Rencananya, Prancis akan memberikan dua kapal Mistral, kapal perang dengan diperkuat helikopter serbu, ke Rusia. Yang pertama akan diserahkan pada Oktober 2014 dan yang kedua pada tahun 2015.