REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Enam kekuatan dunia dan Iran akan memulai fase penentuan diplomasi mengenai pengembangan nuklir yang dimulai pada Rabu (14/5) hari ini. Pembicaraan ini dilakukan guna menyelesaikan sengketa nuklir di Iran yang akan berumur satu dekade pada 20 Juli mendatang.
Setelah tiga bulan berdiskusi mengenai pengembangan nuklir di Iran, para pihak kini telah merencanakan untuk menyusun kesepakatan akhir. Penyusunan isi kesepakatan akhir tersebut diharapkan dapat mengakhiri sengketa dan ketidakpercayaan internasional pada Iran. Hal ini juga sebagai upaya untuk mengurangi resiko perang yang dapat timbul di Timur Tengah semenjak adanya pengembangan nuklir di Iran.
Dalam dua bulan ke depan, enam negara yaitu Amerika Serikat (AS), Rusia, Cina, Prancis, Inggris, dan Jerman ingin agar Iran menyetujui pengurangan kadar uranium dalam program nuklirnya. Penggunaan unsur uranium yang tinggi dikhawatirkan oleh internasional dapat membuat Iran memproduksi senjata nuklir.
Diplomat dari kedua belah pihak (Iran dan enam negara) berharap pada pertengahan Juli segala isu-isu yang selama ini mencuat dan mengkhawatirkan Internasional dapat terselesaikan. Setelah hal itu dilakukan, kesepakatan interim yang pada November lalu mereka lakukan akan secara resmi berakhir.
Namun, AS masih pesimis menanggapi kesepakatan akhir pengembangan nuklir Iran yang rencananya dapat selesai pada Juli mendatang. Seorang pejabat senior AS mengatakan meski penyusunan dilakukan, ia tidak yakin resolusi dapat benar-benar tercapai dalam waktu dua bulan ini.
"Tentu semua orang diharapkan untuk tidak terlalu optimis karena ini benar-benar sangat sulit," ujar dia pada Selasa (13/5).
Secara umum, enam negara ingin memastikan program pengembangan nuklir di Iran dibatasi secara benar. Mereka khawatir dengan lamanya pembahasan kesepakatan ini, Iran memiliki kesempatan secara diam-diam untuk mengembangkan nuklir menjadi senjata seperti bom atom. Namun, hal ini jelas dibantah oleh Iran dan beberapa negara islam di Timur Tengah.