REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kawasan Laut Cina Selatan kembali memanas. Aksi provokasi seolah tak berhenti dilakukan pihak-pihak yang merasa 'memiliki'.
Filipina menyatakan Cina kemungkinan akan membangun landasan pesawat di kawasan tersebut. Manila menuduh pembangunan itu menyiratkan hegemoni Cina di kawasan.
Dari laporan pesawat pengintai militer Filipina mendokumentasikan adanya kegiatan dalam skala besar di Johnson South Reef. "Filipina telah menyampaikan protes kepada Beijing soal itu. Namun, Beijing menolak protes itu," ungkap Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario, seperti dilansir afp, Rabu (13/5).
Sebelumnya, Cina dilaporkan telah membangun struktur-struktur di karang setelah merebut karang tersebut dan daerah-daerah lain dari Vietnam dalam pertempuran tahun 1988 yang menjatuhkan korban jiwa.
"Dapat kami pastikan bahwa ada reklamasi yang sedang berlangsung atau kegiatan pergerakan bumi dalam porsi sebesar itu," kata juru bicara departemen pertahanan Filipina Peter Galvez kepada para wartawan.
"Apakah itu mungkin lapangan terbang? Pada saat ini kami tidak bisa berspekulasi," kata Galvez.
"(Reklamasi) itu makin lama makin besar," tambahnya.
Juru bicara kedutaan besar Cina di Manila tidak bisa dihubungi untuk diminta komentar.
Filipina menyebut daerah itu sebagai Karang Mabini sementara Cina menyebutnya dengan Karang Chigua.
Karang itu merupakan bagian dari rangkaian kepulauan Spratly dan berada sekitar 300 kilometer sebelah barat pulau milik Filipina, Palawan.
Klaim Cina terhadap hampir semua daerah di Laut China Selatan, yang memiliki jalur-jalur laut penting dan diyakini memiliki cadangan minyak dan gas dalam jumlah banyak, telah menimbulkan hubungan yang tegang dengan negara-negara Asia Tenggara.