REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Seiring jumlah korban tragedi ledakan tambang di Turki yang terus meningkat, gelombang protes ikut meledak. Rabu (14/5), demonstran membanjiri ibu kota Ankara dengan kemarahan karena tidak puas pada penanganan pemerintah terkait tragedi.
Polisi Turki harus menembakan gas air mata dan meriam air untuk meredakan protes ribuan orang tersebut. Demonstrasi berpusat di plaza Kizilay, Ankara, plaza Taksim Istanbul dan kota barat Soma, dimana tragedi tambang terjadi.
Hingga saat ini total korban tewas yaitu 274 orang dengan ratusan masih terjebak di dalam tambang. Sebanyak 450 dari sekitar 700 orang pekerja tambang telah berhasil dievakuasi.
Perdana Menteri Turki, Recep Tayyib Erdogan mengatakan pemerintah akan mengusut tuntas kecelakaan tersebut. Namun para demonstan tetap tidak puas. Mereka meneriakan tuntutan mundurnya pemerintah saat ini.
Keluarga korban tragedi juga mencela Erdogan sebagai pembunuh dan pencuri. Erdogan mendeklarasikan tragedi tambang Selasa (13/5) sebagai tragedi nasional.
Dikutip dari Aljazirah, ia memerintahkan bendera dikibarkan setengah tiang. Ia juga menunda kunjungannya untuk melihat langsung ke lokasi tragedi di 250 km selatan Istanbul, Soma. Dalam kunjungannya, iring-iringan kendaraan Erdogan diserang oleh keramaian yang marah.
Mereka meneriakan tuntutan pengunduran diri Erdogan.Kepolisian berjaga-jaga di area sekitar tambang dan rumah sakit di Soma agar tidak mengganggu proses evakuasi. Kantor berita AP melaporkan setidaknya 80 orang terluka dibawa ke rumah sakit.